Jumat, 05 Agustus 2011

Puisi Narsis....habis tp gag gombal kok!

Biar Hujan menghapus jejakmu…

jejak kaki gajahmu yang membuat jengkel hatiku..

oh rahwana.. rahwana sang pemerkosa shinta..

Akhirnya lo kena gigitan nyamuk cikungunya alaaah…

Gara-gara chating dengan temen yang melankolis saya jadi belajar buat puisi.. maunya sih puitis.. tapi apa daya… imajinasi gak sampe kesana.. hanya mentok sebagai penulis gadungan. menulis sesuai kata hati (semau gue) , menulis apa yang ada di kepala. jadi ya… kacau gini deh.. Andai saja saya seorang penulis yang memiliki nama besar. tentu puisi diatas akan menjadi karya yang spektakuler, dan di teliti makna nya dengan mendalam, padahal saya sendiri gak tau artinya

Sebenarnya saya sangat menyukai seni, tapi seni yang saya mengerti tentunya. karena selama ini banyak sekali kesenian yang tidak saya mengerti dimana letak seninya. kadang cuman coretan diatas kanvas yang seperti tak memiliki makna, tapi bagi orang-orang yang cerdas di bidang seni lukis menilai itu adalah sebuah hasil seni yang spektakuler. menelusuri sebuah misteri coretan pelukis ternama itu pun menjadi sebuah tantangan. sehingga harga lukisan di bandrol milyaran rupiah, biasa mungkin bagi pakar-pakar seni lukis. tapi menurut saya luar kebiasaaan. jika pun saya mampu membeli, gak akan ada niat saya membelinya, karena saya tidak menemukan kepuasan seni disana. gak ngerti.. wong cuman coretan

Saya kadang berrtanya tanya dalam hati. apa ada kontak bathin atau kekuatan bathin diantara pecinta lukisan seni abstrak. karena biasanya pecinta lukisan abstrak serempak dan sehati menilai sebuah keunikan coretan abstrak pada sebuah lukisan. atau memang saya yang bego yang tidak menangkap sebuah seni pada coretan itu. jadi bingung…

Dalam sebuah sinetron warkop DKI hal ini pernah di singgung. Dimana almarhum dono waktu itu berperan sebagai pelukisan gadungan. mengaku bernama seorang pelukis ternama. sehingga lukisan nya yang acak-acakan pun di hargai ratusan juta rupiah. tapi akhirnya lukisan itu di buang setelah tahu ternyata si dono itu adalah pelukis gadungan. semoga inti kisah itu bukan cerminan sebagian orang seni kita yang membeli nama besar di banding makna seni nya.

Dan harus kah orang seni itu berpenampilan acak-ackan ( cuek ), rambut gondrong, usang dan kriwil, jenggot di biarkan panjang tak terurus, bicaranya dan sorot matanya dalam dan penuh arti… sujiwo tedjo banget deh.. gak afdol rasanya di sebut seniman kalo tidak demikian…

0 komentar:

Posting Komentar

Ingat................!

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya.