Jumat, 05 Agustus 2011

Fungsi Hadroh

FUNGSI HADROH DI TENGAH MASYARAKAT WONOKROMO
A. Kesenian Hadroh
Seni dan Islam tidak bisa dipisahkan, satu sama lainnya saling berkaitan. Islam tidak pernah melarang orang yang ingin berkarya seni, jika tujuannya untuk syiar Islam atau untuk dakwah serta tidak menyimpang dari hukum Islam. Seni itu indah dan Islam itu juga indah. Allah adalah Zat yang sangat indah dan Dia menyukai yang indah-indah. Islam berkembang pesat khususnya di pulau Jawa juga melalui kesenian. Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah.
Salah satu Kesenian Islam adalah kesenian Hadroh. Kesenian Hadroh merupakan pembacaan sholawat Nabi yang diiringi dengan rebana. Jadi akar dari kesenian hadroh ini adalah pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. di Dusun Wonokromo kesenian Hadroh ini biasanya dimainkan oleh empat orang sebagai penabuh rebana dan satu orang sebagai vokal. Kesenian Hadroh di Dusun Wonokromo tidak menggunakan alat musik yang lain seperti Gendang, Piano, suling dan lain sebagainya, Hal ini dikarenakan para tokoh agama masyarakat Wonokromo melarang mereka untuk menggunakan alat-alat musik selain rebana.
Unsur-unsur yang terpenting dalam kesenian Hadroh adalah antara lain sebagai berikut:
1. Vokal
Di dalam kesenian Hadroh yang menadi vokal biasanya orang yang mempunyai suara yang bagus. Seperti di dalam kesenian Hadroh Sabilal Muhtadin Wonokromo orang yang disuruh menjadi vokal adalah orang-orang yang pandai melantunkan ayat-ayat Al-Quran denan kata lain orang yang bisa qori’.
2. Alat Musik/Rebana
Di dalam kesenian Hadroh alat musik/instrumen yanmg digunakan berupa rebana, masyarakat Wonokromo khususnya menyebutnya terbang. Dalam kesenian Hadroh rebana/terbang ini pada dasarnya hanya berjumlah empat buah dengan ukuran yang sama, dan dimainkan oleh empat orang dengan tabuhan/ketukan yang berbeda-beda yang jika disatukan menimbulkan nada yang indah. Pada zaman sekarang banyak group Hadroh yang menambahkan alat musik lainnya seperti Bass, Piano, dan lain sebagainya.
3. Lagu
Lagu-lagu yang digunakan dalam kesenian Hadroh biasanya diambil dari kitab-kitab dan buku-buku kumpulan Qasidah, seperti kitab Simthud Duror, Al Barzanji, kumpulan Qasidah Islamiyah, dan lain sebagainya. Walaupun terkadang lagu-lagu yang digunakan sama, akan tetapi irama yang digunakan setiap group Hadroh berbeda-beda, khususnya kesenian-kesenian Hadroh yang berada di daerah pesisir selatan menggunakan irama yang bermacam-macam, seperti irama padang pasir, irama campur sari, Dangdut, dan terkadang mereka menciptakan irama sendiri. Hal ini dikarenakan agar orang-orang yang mendengarkan tidak jenuh atau bosan, karena mendengarkan irama yang monoton hanya itu-itu saja.
Dibawah ini penyusun akan memberikan contoh lagu-lagu yang biasa digunakan dalam kesenian Hadroh, antara lain sebagai berikut :















Orang Islam pada dasarnya telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk membacakan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. pembacaan sholawat ini merupakan sebagai bentuk wujud rasa cinta mereka kepada nabi. Dasar bahwa orang islam diperintahkan untuk membaca sholawat kepada nabi adalah Ayat Al-Quran dan Al-Hadits.
Firman Allah SWT. dalam surat Al-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النًّبِىِّ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
Artinya : Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya sama mendo’akan rahmat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bacalah shalawat dan salam untuk Nabi.(QS. Al-Ahzab:56)

Hadits Rasulullah SAW.
اَوْلَى النَّاسِ بِىْ يَوْمَ القِيَامَةِ اَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً. (رواه الترمذى)

Artinya : orang yang terdekat kepadaku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku.

Hadits Rasulullah SAW.

مَنْ صَلَّى عَلىَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ( رواه مسلم )

Artinya : Siapa yang membacakan sholawat untukku satu kali, maka Allah akan menurunkan rahmat kepadanya sepuluh kali.
Ayat Al-Quran di atas merupakan dalil perintah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. dan perintah pada dasarnya menunjukkan wajib. Jadi menurut imam Syafi’i membacakan sholawat untuk Nabi Muhammad di dalam sholat adalah wajib.
Secara makna Ayat Al-Quran tersebut di atas terbagi menjadi dua, yang pertama Allah memberikan sebuah kabar atau berita kepada kita bahwa Dia Allah dan Malaikat-Nya membacakan Sholawat untuk Nabi, yang kedua Allah memerintahkan kepada kita untuk membacakan Sholawat kepada Nabi. Pengertian Allah membaca Sholawat kepada Nabi adalah Allah memberikan rahmat dan kasih saying-Nya kepada Nabi, kalau dari Malaikat artinya memintakan ampunan, dan kalau dari orang-orang mukmin artinya berdoa agar diberikan rahmat oleh Allah.
Jadi, pada dasarnya ucapan atau bacaan sholawat Nabi dibaca oleh orang Islam dalam sholat lima waktu, sholat Jum’at, Sholat I’d, Khotbah, Ceramah, Dakwah, Berdo’a, dan sebagainya. Akan tetapi, kalau melihat dari hadits Nabi di atas, maka membaca sholawat tidak hanya dalam waktu tertentu saja, tetapi kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca sholawat, karena semakin banyak orang membaca sholawat maka semakin dekat kepada Nabi.
Disamping itu, ada juga bacaan sholawat yang digubah oleh para ulama untuk mengagungkan Nabi, seperti bacaan sholawat dalam kitab Al-Burdah karya Al-Budini, dalam kitab Al-Barzanji dan Simthu Dluror. Buku-buku ini berisi sejarah hidup Nabi Muhammad dari seka kecil sampai beliau wafat yang disertai dengan pujian dan sanjungan kepada beliau dengan gaya bahasa yang indah. Kitab-kitab ini biasanya banyak dibaca pada acara Maulid Nabi, Sunatan, Akikah. Lagu-lagu dalam kesenian Hadroh biasanya diambil dari kitab-kitab tersebut, kemudian diriringi dengan tabuhan rebana, sehingga lebih indah dan enak didengarkan.
B. Fungsi Kesenian Hadroh
1. Fungsi Agama

2. Fungsi Sosial
C. Tanggapan Masyarakat terhadap Kesenian Hadroh
Seperti yang penulis uraikan di bab sebelumnya bahwa masyarakat Wonokromo merupakan masyarakat yang sangat agamis baik dalam ilmu maupun dalam pengamalan agamanya. Mereka dalam mengamalkan agama bukan lagi suatu keterpaksaan, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup. Maka dari itu setiap kegiatan baik yang bersifat agama maupun sosial banyak yang dilandasi dengan agama. Sejak pertama kali kesenian Hadroh datang di Dusun Wonokromo, kesenian ini ditanggapi oleh masyarakat dengan tanggapan yang positif, karena kesenian ini pada dasarnya hanyalah membaca sholawat nabi dan membaca sholawat tidak bertentangan dengan agama bahkan diperintahkan oleh agama.
Di Dusun Wonokromo organisasi Islam yang ada hanya dua macam dan sama-sama memiliki pengikut yang banyak, yaitu Nahdlotul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini menerima dan menanggapi kesenian Hadroh dengan tanggapan yang baik, hal ini terbukti pada waktu pertama kali Kesenian Hadroh datang di dusun ini yang ikut kedalam kelompok kesenian ini tidak hanya warga NU saja, akan tetapi warga dari Muhammadiyah juga ikut latihan kesenian ini.
Perlu penyusun tegaskan disini bahwa masyarakat Wonokromo hanya memiliki dua organisasi Islam yang sama-sama banyak pengikutnya, yaitu NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini ketika dihadapan masyarakat Wonokromo tidak memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat, hal ini bisa kita lihat dari kegiatan mereka sehari-hari seperti misalnya ziarah kubur, tahlil, sholawatan jawa, sholawatan Al Barzanji dan lain sebagainya, semuanya ini sama-sama dilakukan oleh kedua organisasi tersebut. Bahkan dalam menuntut ilmu dengan kata lain ngaji mereka tidak membeda-bedakan kyai/ustadznya dari golongan NU atau golongan Muhammadiyah, seperti yang telah dikatakan oleh KH. M. Katib Masyhudi “kalau kita mau ngaji harus mencari kyai/ustadz dari NU atau harus mencari Kyai/ustadz dari Muhammadiyah, maka pengetahuan kita tidak akan bertambah bahkan bisa-bisa kita tidak pernah ngaji”.
Kesenian Hadroh bagi masyarakat Wonokromo sudah menjadi kebudayaan dan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sehingga ketika mereka mengadakan sebuah acara atau hajat seperti pernikahan, sunatan, aqiqah, pengajian, syawalan, menyambut kedatangan warga yang pulang dari naik haji, dan lain sebagainya lebih memilih kesenian Hadroh ketimbang kesenian yang lainya. Hal ini dikarenakan disamping kesenian Hadroh dijadikan oleh mereka sebagai hiburan, didalam kesenian Hadroh ada unsur syiar agama Islam. Mereka juga menganggap dengan kita membaca sholawat insya Allah Allah akan memberikan keberkahan kepada kita.
Perlu diketahui bahwa di Dusun Wonokromo tiadak memperbolehkan adanya kesenian yang tidak ada unsur Islamnya, seperti Musik Dangdut, Campur Sari, Ketoprak, Wayang, dan lain sebagainya. Kerena mereka menganggap kesenian-kesenian tersebut memiliki unsur kemaksiatan dan lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Kesenian Hadroh ini tidak hanya disukai dan digemari oleh anak-anak dan remaja saja, akan tetapi juga digemari oleh orang-orang tua. Hal ini terbukti banyaknya para warga yang ikut serta dalam kesenian Hadroh ini. Mereka juga memiliki kegiatan rutin setiap minggunya, yaitu malam Sabtu untuk khusus orang tua dan remaja dan pada malam Minggu khusus untuk anak-anak dan remaja. Dalam kegiatan rutin ini mereka gunakan untuk silaturahim antar anggota dan digunakan untuk latihan serta menciptakan irama dan lagu yang baru.

2 komentar:

katib masyhudi mengatakan...

Hadroh, silahkan saya dukung. Yang penting harus tetap mengutamakan NGAJI (golek 'ilmu agama) Ngajine dha sing semangat cah..........

Sri Kuncoro mengatakan...

Terima kasih...
Artikelnya sangat bermanfaat...

Posting Komentar

Ingat................!

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya.