Jumat, 05 Agustus 2011

Puisi Narsis....habis tp gag gombal kok!

Biar Hujan menghapus jejakmu…

jejak kaki gajahmu yang membuat jengkel hatiku..

oh rahwana.. rahwana sang pemerkosa shinta..

Akhirnya lo kena gigitan nyamuk cikungunya alaaah…

Gara-gara chating dengan temen yang melankolis saya jadi belajar buat puisi.. maunya sih puitis.. tapi apa daya… imajinasi gak sampe kesana.. hanya mentok sebagai penulis gadungan. menulis sesuai kata hati (semau gue) , menulis apa yang ada di kepala. jadi ya… kacau gini deh.. Andai saja saya seorang penulis yang memiliki nama besar. tentu puisi diatas akan menjadi karya yang spektakuler, dan di teliti makna nya dengan mendalam, padahal saya sendiri gak tau artinya

Sebenarnya saya sangat menyukai seni, tapi seni yang saya mengerti tentunya. karena selama ini banyak sekali kesenian yang tidak saya mengerti dimana letak seninya. kadang cuman coretan diatas kanvas yang seperti tak memiliki makna, tapi bagi orang-orang yang cerdas di bidang seni lukis menilai itu adalah sebuah hasil seni yang spektakuler. menelusuri sebuah misteri coretan pelukis ternama itu pun menjadi sebuah tantangan. sehingga harga lukisan di bandrol milyaran rupiah, biasa mungkin bagi pakar-pakar seni lukis. tapi menurut saya luar kebiasaaan. jika pun saya mampu membeli, gak akan ada niat saya membelinya, karena saya tidak menemukan kepuasan seni disana. gak ngerti.. wong cuman coretan

Saya kadang berrtanya tanya dalam hati. apa ada kontak bathin atau kekuatan bathin diantara pecinta lukisan seni abstrak. karena biasanya pecinta lukisan abstrak serempak dan sehati menilai sebuah keunikan coretan abstrak pada sebuah lukisan. atau memang saya yang bego yang tidak menangkap sebuah seni pada coretan itu. jadi bingung…

Dalam sebuah sinetron warkop DKI hal ini pernah di singgung. Dimana almarhum dono waktu itu berperan sebagai pelukisan gadungan. mengaku bernama seorang pelukis ternama. sehingga lukisan nya yang acak-acakan pun di hargai ratusan juta rupiah. tapi akhirnya lukisan itu di buang setelah tahu ternyata si dono itu adalah pelukis gadungan. semoga inti kisah itu bukan cerminan sebagian orang seni kita yang membeli nama besar di banding makna seni nya.

Dan harus kah orang seni itu berpenampilan acak-ackan ( cuek ), rambut gondrong, usang dan kriwil, jenggot di biarkan panjang tak terurus, bicaranya dan sorot matanya dalam dan penuh arti… sujiwo tedjo banget deh.. gak afdol rasanya di sebut seniman kalo tidak demikian…

Bulan Ramadhan

Ramadan atau Ramadhan (dalam bahasa Arab:رمضان) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Al-Quran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Al-Quran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Al-Quran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya:

"bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."

Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Etimologi
* 2 Aktivitas keagamaan
o 2.1 Puasa Ramadan
o 2.2 Salat tarawih
o 2.3 Turunnya Al-Quran
o 2.4 Lailatul Qadar
o 2.5 Umrah
o 2.6 Zakat Fitrah
o 2.7 Idul Fitri
* 3 Penentuan awal Ramadan
* 4 Aspek ekonomi
* 5 Lain-lain
* 6 Peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadan
* 7 Referensi
* 8 Pranala luar
* 9 Dengarkan Juga

[sunting] Etimologi

Ramadan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.[1]
[sunting] Aktivitas keagamaan
Suasana berbuka puasa (iftar) bersama di masjid.
[sunting] Puasa Ramadan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Puasa (Islam)

Selama bulan Ramadan, penganut agama Islam akan berpuasa setiap hari sampai Idul Fitri tiba. Ied artinya Hari Raya. Fithri berasal dari kata fathara artinya 'memecah, mengakhiri". Ied al-Fithri artinya Hari Raya Mengakhiri Puasa (Ramadan).

Hari terakhir dari bulan Ramadan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di dunia. Pada malam harinya (malam 1 syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia sendiri ritual ini menjadi tontonan yang menarik karena biasanya para penduduk (yang beragama Islam) akan mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, kadang-kadang dilengkapi dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api.

Esoknya tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Salat Ied. Salat dilakukan dua raka'at kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idul Fitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi ma'af di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadan.
[sunting] Salat tarawih
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Salat Tarawih

Pada malam harinya, tepatnya setelah salat isya, para penganut agama Islam melanjutkan ibadahnya dengan melaksanakan salat tarawih. Salat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan. Salat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri, umumnya dilakukan secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum pelaksanaan salat tarawih pada tepat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat untuk membekali para jama'ah dalam menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan.
[sunting] Turunnya Al-Quran
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nuzulul Quran

Pada bulan ini di Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, (terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Al-Quran untuk pertama kalinya[2]) diperingati juga sebagai hari turunnya ayat Al-Quran (Nuzulul Qur'an) untuk pertama kalinya oleh sebagian muslim. Pada peristiwa tersebut surat Al Alaq ayat 1 sampai 5 diturunkan pada saat Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira. Peringatan peristiwa ini biasanya dilakukan dengan acara ceramah di masjid-masjid. Tetapi peringatan ini di anggap bid'ah, karena Rasulullah tidak mengajarkan, Awal di peringati di Indonesia, ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Hamka untuk memperingati setiap Nuzulul Qur'an, karena bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia, sebagai rasa Syukur kemerdekaan Indonesia.
[sunting] Lailatul Qadar
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Lailatul Qadar

Lailatul Qadar (malam ketetapan), adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadan. Malam ini dikatakan dalam Al-Quran pada surah Al-Qadr, lebih baik daripada seribu bulan. Saat pasti berlangsungnya malam ini tidak diketahui namun menurut beberapa riwayat, malam ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadan, tepatnya pada salah satu malam ganjil yakni malam ke-21, 23, 25, 27 atau ke-29. Sebagian muslim biasanya berusaha tidak melewatkan malam ini dengan menjaga diri tetap terjaga pada malam-malam terakhir Ramadan sembari beribadah sepanjang malam.[3]
[sunting] Umrah
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Umrah

Ibadah umrah jika dilakukan pada bulan ini mempunyai nilai dan pahala yang lebih bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Dalam Hadits dikatakan "Umrah di bulan Romadhan sebanding dengan haji atau haji bersamaku." (HR: Bukhari dan Muslim).[4]
[sunting] Zakat Fitrah
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadan atau paling lambat sebelum selesainya salat Idul Fitri. Setiap individu muslim yang berkemampuan wajib membayar zakat jenis ini. Besarnya zakat fitrah yang harus dikeluarkan per individu adalah satu sha' makanan pokok di daerah bersangkutan. Jumlah ini bila dikonversikan kira-kira setara dengan 2,5 kilogram atau 3,5 liter beras. Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan (fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama yakni fakir dan miskin. Pendapat ini disandarkan dengan alasan bahwa jumlah zakat yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikeluarkannya zakat fitrah adalah agar para fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya.


[sunting] Idul Fitri
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Idul Fitri dan Takbiran

Akhir dari bulan Ramadan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di seluruh dunia. Pada malam harinya (malam 1 syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia sendiri ritual ini menjadi tontonan yang menarik karena biasanya para penduduk (yang beragama Islam) akan mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, kadang-kadang dilengkapi dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api.

Esoknya tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Salat Ied. Salat dilakukan dua raka'at kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idul Fitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi ma'af di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadan.
[sunting] Penentuan awal Ramadan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: hilal

Kalender Hijriyah didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah rukyah) serta menggunakan metode perhitungan astronomi (dikenal dengan istilah hisab). Majelis Ulama Indonesia menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal. Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyah sementara Muhammadiyah dan Persatuan Islam menggunakan hisab sebagai sandaran penentuan hilal.[5] Perbedaan metode ini menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan hasil penetapan kapan awal dan berakhirnya Ramadan sebagaimana sempat terjadi pada tahun 1998 (1418 H).
[sunting] Aspek ekonomi
Iftar di Masjid Sultan Ahmed di Istanbul, Turki

Bulan Ramadan di Indonesia dan negara dengan penduduk mayoritas Islam pada umumnya dapat dihubungkan dengan meningkatnya daya beli dan perilaku konsumtif masyarakat akan barang dan jasa. Di Indonesia sendiri hal ini terkait erat dengan kebiasaan pemerintah dan perusahaan swasta untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor dari transportasi, makanan, minuman hingga kebutuhan rumah tangga. Sehingga tidak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik tertinggi pada periode bulan ini.[6] Fenomena ini secara kasat mata terlihat dengan menjamurnya para pedagang musiman yang menjajakan berbagai komoditas mulai dari makanan hingga pakaian, di ruang-ruang publik terutama di pinggir jalanan. Di samping juga maraknya penyelenggaraan bazaar baik yang disponsori oleh pemerintah, swasta, organisasi tertentu maupun swadaya masyarakat. Dengan kata lain bulan ramadan membawa berkah bagi semua umat Islam.
[sunting] Lain-lain

* Pada bulan ini pada sebagian daerah di Indonesia, berkembang kebiasaan jalan-jalan sembari menunggu waktu berbuka, di Bandung kebiasaan ini dikenal dengan nama Ngabuburit, di Indramayu dikenal dengan nama Luru Sore (Cari Sore). Biasanya saat ini juga dimanfaatkan untuk membeli makanan dan minuman untuk dipergunakan saat berbuka puasa.
* Di Indonesia umummnya orang berbuka puasa dengan yang manis-manis, padahal hidangan yang mengadung gula tinggi justru akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Hal ini berasal dari kesimpulan yang tergesa-gesa atas sebuah hadits bahwa Rasulullah berbuka puasa dengan kurma. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa berbuka (disunahkan) dengan yang manis-manis. Pada akhirnya kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka puasa yang keliru di tengah masyarakat.

[sunting] Peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadan

1. Perang Badar: 17 Ramadan 2 AH - Adalah pertempuran pertama yang dilakukan kaum Muslim setelah mereka bermigrasi (hijrah) ke Madinah melawan kaum Quraisy dari Mekkah. Pertempuran berakhir dengan kemenangan pihak Muslim yang berkekuatan 313 orang melawan sekitar 1000 orang dari Mekkah.
2. Pembunuhan atas Ali bin Abi Thalib: 21 Ramadan 40 H: Khulafaur Rasyidin keempat dan terakhir, dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam. Ia meninggal pada tanggal 23 Ramadan tahun itu juga. Kematiannya menandai berakhirnya sistem kekhalifahan Islam, dan kemudian dimulai dengan sistem dinasti.

KECERDASAN EMOSI

KECERDASAN EMOSI
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.
Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.
Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:
1. Memahami emosi-emosi sendiri
2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
3. Memotivasi diri sendiri
4. Memahami emosi-emosi orang lain
5. Mampu membina hubungan sosial
Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur diatas dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang yang cerdas secara emosi. Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:
Mengatasi Stress
Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya menjadi pengaruh yang baik.
Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.
Mengendalikan Dorongan Hati
Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut “menahan diri”.
Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.
Mengelola Suasana Hati
Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri.
Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles, Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi.
Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang dikatakan cerdas secara emosi.
Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antra lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”, tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.
Memahami Orang lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan empati.
Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.
Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.
Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Kemampuan Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. Orang yang mempunyai kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan dirinya.
Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.
Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak dapat menjadi diri mereka sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.
Apakah Anda Termasuk Orang yang Cerdas secara Emosi?
Anda dan orang-orang disekitar Anda-lah yang tahu.
Atau Anda ingin menjadi Orang yang Cerdas secara Emosi?
Sepertinya tidak terlalu sulit bukan?
Selamat mencoba, Semoga Berhasil.
(Buat Jiwakelana terimakasih, pertanyaannya inspiratif sekali).

Fungsi Hadroh

FUNGSI HADROH DI TENGAH MASYARAKAT WONOKROMO
A. Kesenian Hadroh
Seni dan Islam tidak bisa dipisahkan, satu sama lainnya saling berkaitan. Islam tidak pernah melarang orang yang ingin berkarya seni, jika tujuannya untuk syiar Islam atau untuk dakwah serta tidak menyimpang dari hukum Islam. Seni itu indah dan Islam itu juga indah. Allah adalah Zat yang sangat indah dan Dia menyukai yang indah-indah. Islam berkembang pesat khususnya di pulau Jawa juga melalui kesenian. Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah.
Salah satu Kesenian Islam adalah kesenian Hadroh. Kesenian Hadroh merupakan pembacaan sholawat Nabi yang diiringi dengan rebana. Jadi akar dari kesenian hadroh ini adalah pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. di Dusun Wonokromo kesenian Hadroh ini biasanya dimainkan oleh empat orang sebagai penabuh rebana dan satu orang sebagai vokal. Kesenian Hadroh di Dusun Wonokromo tidak menggunakan alat musik yang lain seperti Gendang, Piano, suling dan lain sebagainya, Hal ini dikarenakan para tokoh agama masyarakat Wonokromo melarang mereka untuk menggunakan alat-alat musik selain rebana.
Unsur-unsur yang terpenting dalam kesenian Hadroh adalah antara lain sebagai berikut:
1. Vokal
Di dalam kesenian Hadroh yang menadi vokal biasanya orang yang mempunyai suara yang bagus. Seperti di dalam kesenian Hadroh Sabilal Muhtadin Wonokromo orang yang disuruh menjadi vokal adalah orang-orang yang pandai melantunkan ayat-ayat Al-Quran denan kata lain orang yang bisa qori’.
2. Alat Musik/Rebana
Di dalam kesenian Hadroh alat musik/instrumen yanmg digunakan berupa rebana, masyarakat Wonokromo khususnya menyebutnya terbang. Dalam kesenian Hadroh rebana/terbang ini pada dasarnya hanya berjumlah empat buah dengan ukuran yang sama, dan dimainkan oleh empat orang dengan tabuhan/ketukan yang berbeda-beda yang jika disatukan menimbulkan nada yang indah. Pada zaman sekarang banyak group Hadroh yang menambahkan alat musik lainnya seperti Bass, Piano, dan lain sebagainya.
3. Lagu
Lagu-lagu yang digunakan dalam kesenian Hadroh biasanya diambil dari kitab-kitab dan buku-buku kumpulan Qasidah, seperti kitab Simthud Duror, Al Barzanji, kumpulan Qasidah Islamiyah, dan lain sebagainya. Walaupun terkadang lagu-lagu yang digunakan sama, akan tetapi irama yang digunakan setiap group Hadroh berbeda-beda, khususnya kesenian-kesenian Hadroh yang berada di daerah pesisir selatan menggunakan irama yang bermacam-macam, seperti irama padang pasir, irama campur sari, Dangdut, dan terkadang mereka menciptakan irama sendiri. Hal ini dikarenakan agar orang-orang yang mendengarkan tidak jenuh atau bosan, karena mendengarkan irama yang monoton hanya itu-itu saja.
Dibawah ini penyusun akan memberikan contoh lagu-lagu yang biasa digunakan dalam kesenian Hadroh, antara lain sebagai berikut :















Orang Islam pada dasarnya telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk membacakan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. pembacaan sholawat ini merupakan sebagai bentuk wujud rasa cinta mereka kepada nabi. Dasar bahwa orang islam diperintahkan untuk membaca sholawat kepada nabi adalah Ayat Al-Quran dan Al-Hadits.
Firman Allah SWT. dalam surat Al-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النًّبِىِّ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
Artinya : Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya sama mendo’akan rahmat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bacalah shalawat dan salam untuk Nabi.(QS. Al-Ahzab:56)

Hadits Rasulullah SAW.
اَوْلَى النَّاسِ بِىْ يَوْمَ القِيَامَةِ اَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً. (رواه الترمذى)

Artinya : orang yang terdekat kepadaku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku.

Hadits Rasulullah SAW.

مَنْ صَلَّى عَلىَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ( رواه مسلم )

Artinya : Siapa yang membacakan sholawat untukku satu kali, maka Allah akan menurunkan rahmat kepadanya sepuluh kali.
Ayat Al-Quran di atas merupakan dalil perintah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. dan perintah pada dasarnya menunjukkan wajib. Jadi menurut imam Syafi’i membacakan sholawat untuk Nabi Muhammad di dalam sholat adalah wajib.
Secara makna Ayat Al-Quran tersebut di atas terbagi menjadi dua, yang pertama Allah memberikan sebuah kabar atau berita kepada kita bahwa Dia Allah dan Malaikat-Nya membacakan Sholawat untuk Nabi, yang kedua Allah memerintahkan kepada kita untuk membacakan Sholawat kepada Nabi. Pengertian Allah membaca Sholawat kepada Nabi adalah Allah memberikan rahmat dan kasih saying-Nya kepada Nabi, kalau dari Malaikat artinya memintakan ampunan, dan kalau dari orang-orang mukmin artinya berdoa agar diberikan rahmat oleh Allah.
Jadi, pada dasarnya ucapan atau bacaan sholawat Nabi dibaca oleh orang Islam dalam sholat lima waktu, sholat Jum’at, Sholat I’d, Khotbah, Ceramah, Dakwah, Berdo’a, dan sebagainya. Akan tetapi, kalau melihat dari hadits Nabi di atas, maka membaca sholawat tidak hanya dalam waktu tertentu saja, tetapi kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca sholawat, karena semakin banyak orang membaca sholawat maka semakin dekat kepada Nabi.
Disamping itu, ada juga bacaan sholawat yang digubah oleh para ulama untuk mengagungkan Nabi, seperti bacaan sholawat dalam kitab Al-Burdah karya Al-Budini, dalam kitab Al-Barzanji dan Simthu Dluror. Buku-buku ini berisi sejarah hidup Nabi Muhammad dari seka kecil sampai beliau wafat yang disertai dengan pujian dan sanjungan kepada beliau dengan gaya bahasa yang indah. Kitab-kitab ini biasanya banyak dibaca pada acara Maulid Nabi, Sunatan, Akikah. Lagu-lagu dalam kesenian Hadroh biasanya diambil dari kitab-kitab tersebut, kemudian diriringi dengan tabuhan rebana, sehingga lebih indah dan enak didengarkan.
B. Fungsi Kesenian Hadroh
1. Fungsi Agama

2. Fungsi Sosial
C. Tanggapan Masyarakat terhadap Kesenian Hadroh
Seperti yang penulis uraikan di bab sebelumnya bahwa masyarakat Wonokromo merupakan masyarakat yang sangat agamis baik dalam ilmu maupun dalam pengamalan agamanya. Mereka dalam mengamalkan agama bukan lagi suatu keterpaksaan, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup. Maka dari itu setiap kegiatan baik yang bersifat agama maupun sosial banyak yang dilandasi dengan agama. Sejak pertama kali kesenian Hadroh datang di Dusun Wonokromo, kesenian ini ditanggapi oleh masyarakat dengan tanggapan yang positif, karena kesenian ini pada dasarnya hanyalah membaca sholawat nabi dan membaca sholawat tidak bertentangan dengan agama bahkan diperintahkan oleh agama.
Di Dusun Wonokromo organisasi Islam yang ada hanya dua macam dan sama-sama memiliki pengikut yang banyak, yaitu Nahdlotul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini menerima dan menanggapi kesenian Hadroh dengan tanggapan yang baik, hal ini terbukti pada waktu pertama kali Kesenian Hadroh datang di dusun ini yang ikut kedalam kelompok kesenian ini tidak hanya warga NU saja, akan tetapi warga dari Muhammadiyah juga ikut latihan kesenian ini.
Perlu penyusun tegaskan disini bahwa masyarakat Wonokromo hanya memiliki dua organisasi Islam yang sama-sama banyak pengikutnya, yaitu NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini ketika dihadapan masyarakat Wonokromo tidak memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat, hal ini bisa kita lihat dari kegiatan mereka sehari-hari seperti misalnya ziarah kubur, tahlil, sholawatan jawa, sholawatan Al Barzanji dan lain sebagainya, semuanya ini sama-sama dilakukan oleh kedua organisasi tersebut. Bahkan dalam menuntut ilmu dengan kata lain ngaji mereka tidak membeda-bedakan kyai/ustadznya dari golongan NU atau golongan Muhammadiyah, seperti yang telah dikatakan oleh KH. M. Katib Masyhudi “kalau kita mau ngaji harus mencari kyai/ustadz dari NU atau harus mencari Kyai/ustadz dari Muhammadiyah, maka pengetahuan kita tidak akan bertambah bahkan bisa-bisa kita tidak pernah ngaji”.
Kesenian Hadroh bagi masyarakat Wonokromo sudah menjadi kebudayaan dan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Sehingga ketika mereka mengadakan sebuah acara atau hajat seperti pernikahan, sunatan, aqiqah, pengajian, syawalan, menyambut kedatangan warga yang pulang dari naik haji, dan lain sebagainya lebih memilih kesenian Hadroh ketimbang kesenian yang lainya. Hal ini dikarenakan disamping kesenian Hadroh dijadikan oleh mereka sebagai hiburan, didalam kesenian Hadroh ada unsur syiar agama Islam. Mereka juga menganggap dengan kita membaca sholawat insya Allah Allah akan memberikan keberkahan kepada kita.
Perlu diketahui bahwa di Dusun Wonokromo tiadak memperbolehkan adanya kesenian yang tidak ada unsur Islamnya, seperti Musik Dangdut, Campur Sari, Ketoprak, Wayang, dan lain sebagainya. Kerena mereka menganggap kesenian-kesenian tersebut memiliki unsur kemaksiatan dan lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Kesenian Hadroh ini tidak hanya disukai dan digemari oleh anak-anak dan remaja saja, akan tetapi juga digemari oleh orang-orang tua. Hal ini terbukti banyaknya para warga yang ikut serta dalam kesenian Hadroh ini. Mereka juga memiliki kegiatan rutin setiap minggunya, yaitu malam Sabtu untuk khusus orang tua dan remaja dan pada malam Minggu khusus untuk anak-anak dan remaja. Dalam kegiatan rutin ini mereka gunakan untuk silaturahim antar anggota dan digunakan untuk latihan serta menciptakan irama dan lagu yang baru.

Sejarah Berdirinya Fadlun Minalloh, Wonokromo 1

BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, berada di Dusun Wonokromo I, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Wonokromo adalah nama Dusun sekaligus juga nama Desa. Dusun Wonokromo sendiri, dibagi menjadi dua Dusun, yaitu Dusun Wonokromo I dan Dusun Wonokromo II yang masing-masing dikepalai oleh satu kepala Dusun. Secara administratif, Dusun Wonokromo termasuk di dalam sebuah lingkungan yang administratif tingkat Desa di Kecamatan Pleret. Letak geografis Dusun ini terdapat disebelah selatan kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 20 km dari ibu kota provinsi. Dusun ini merupakan Dusun yang sangat strategis, karena ia berada di pinggir jalan raya, sehingga mudah untuk dicari dan diakses oleh semua orang. Adapun tepatnya Dusun ini berada di Jl. Imogiri Timur, km 9.5, timur jalan, sebelah selatan pasar Jejeran.
Dusun Wonokromo merupakan daerah yang terdiri dari dataran rendah dan berjarak 60 km dari permukaan laut . Dusun Wonokromo merupakan salah satu daerah yang subur di wilayah DIY dengan kondisi medan yang cukup mudah diakses semua orang.
Adapun batas-batas wilayah Dusun Wonokromo I, berdasarkan data monografi Desa Wonokromo 2008, adalah sebagai berikut:
Tabel I : Batas-Batas Wilayah Dusun Wonokromo I
No Arah Batas Wilayah
1 Utara Dusun Kanggotan
2 Selatan Dusun Karang Anom
3 Barat Dusun Brajan
4 Timur Sungai Opak

Tabel II : Batas-Batas Wilayah Desa Wonokromo
No Arah Batas Wilayah
1 Utara Desa Tamanan
2 Selatan Desa Trimulyo
3 Barat Desa Timbulharjo
4 Timur Desa Pleret


Tabel III: Kondisi Geografis
No Kondisi Geografis Keterangan
1 Tinggi tempat dari permukaan laut 60 m
2 Curah hujan rata-rata /tahun 200/300 mm
3 Keadaan suhu rata-rata 21’C – 34’C

Dilihat dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa desa Wonokromo termasuk wilayah yang cukup subur. Hai ini bisa dilihat dari adanya tingkat curah hujan yang cukup tinggi dan berada di dataran yang rendah. Suhu rata-ratanyapun normal, artinya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah.
Dusun ini terdapat struktur social yang terdiri kedalam beberapa bagian yaitu: terdapat 2 orang kepala Dusun dan 12 orang kepala Rukun Tetangga (RT). Perlu diketahui pula bahwa di Dusun ini tidak mengenal struktur Rukun Warga (RW) yang sudah ada sejak zaman orde baru. Jadi, struktur kepengurusan administrasi yang terendah adalah pada tingkat Rukun Tetangga (RT)

B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Wonokromo
Dusun Wonokromo merupakan salah satu dusun yang sangat parah kerusakannya terkena dampak dari gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2006 lalu. Rumah warga hampir 95% roboh, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Karena, selain menimbulkan trauma yang akan selamanya teringat dibenak mereka, juga melumpuhkan kegiatan ekonomi sebagian masyarakat yang sebagian besarnya adalah buruh dan wiraswasta.
Setelah 3 tahun musibah tersebut berlalu, sudah hampir 96% para warga telah memiliki rumah kembali dan bisa dikatakan lebih baik dan kuat konstruksinya dibandingkan rumuah-rumah mereka yang dulu. Namun demikian, masih ada beberapa warga yang masih memiliki perasaan takut jika masuk kedalam rumah mereka, terutama mereka yang sudah Lansia. Hal ini merupakan hal yang wajar. Karena, selama ini mereka belum pernah mengalami hal tersebut. Ditambah lagi, dengan kondisi para korban yang tidak selamat (meninggal dunia) mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Namun demikian, saat ini kehidupan di dusun Wonokromo sudah bisa dikatatan normal kembali seperti sedia kala. Aktifitas social dan pencaharian sudah normal kembali.
Secara umum, jumlah penduduk Wonokromo berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak perempuannya. Penduduk Wonokromo, tidaka ada satupun yang buta aksara atau tidak sekolah. Berikut tabel keadaan penduduk, pendidikan dan pekerjaan masyarakat Wonokromo:
Table IV : Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki – Laki 4. 497 jiwa
2 Perempuan 5. 808 jiwa
Jumlah Penduduk 10. 305 jiwa

Table V : Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Angkatan Kerja 5. 818
2 Petani 1. 166
3 Pekerja Sektor Jasa 2. 894
4 Pekerja Sektor Industri 499

Table VI : Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Buta Aksara -
2 Tidak Lulus SD 764
3 Lulusan SD 2. 469
4 Lulusan SLTP/SMP 1. 210
5 Lulusan SLTA/Sederajat 1. 176
6 Diploma 228
7 S 1 123
8 S 2 42
9 S 3 -

Dari tabel-tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Wonokromo ini sudah cukup maju, baik dari segi pendidikan maupun ekonomi. Tidak lagi ada warga yang buta aksara, membuktikan bahwa tingkat kesadaran warga terhadap pentingnya pendidikan sudah sangat baik, bahkan tidak sedikit warga Wonokromo yang sudah bergelar sarjana, baik S 1 maupun S 2. Di samping adanya kesadaran warga terhadap pendidikan, banyak juga lembaga-lembaga pendidikan yang berada di daerah Wonokromo seperti TK, SD Muhammadiyah, MTsN Wonokromo, MAN Wonokromo, Bimbel Primagama, dan lain sebagainya.
Mayoritas warga dusun Wonokromo bekerja pada sektor jasa, yaitu sejumlah 2. 894 jiwa dari total angkatan kerja 5. 818 jiwa orang . Kondisi perekonomian wargapun juga sudah cukup baik. Hal ini ditandai sedikitnya warga masyarakat yang tidak bekerja. Dari segi kerukunan dan kemasyarakatan, sangat baik. Terbukti dengan tidak adanya konflik yang terjadi di Wonokromo.

C. Kehidupan Beragama
Dusun Wonokromo, merupakan dusun yang terkenal dengan istilah sebutan “Kampung Santri”. Hal ini terbukti dengan banyaknya berdiri pondok pesantren yang berada di dusun Wonokromo. Sehingga, suasana keberagamaan di Wonokromo sangatlah kental. Disamping itu juga, penduduk dusun Wonokromo 100% beragama Islam, sehingga kegiatan keagamaan yang berada di masyarakat semuanya berbau Islam. Selain dikenal sebagai “kampung santri” masyarakat Wonokromo dikenal juga sangat religius. Hal ini dibuktikan dengan begitu banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan, mulai dari harian, mingguan, bulanan, peringatan hari-hari besar Islam, pembacaan sholawat, kesenian hadroh, dan lain-lain. Dalam satu hari satu malam, di dusun ini minimal 5 kali kegiatan pengajian dilaksanakan, terutama di pondok pesantren.
Dusun Wonokromo hanya memiliki dua organisasi Islam, yaitu organisasi Nahdlotul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini berperan sangat penting dalam masyarakat. Akan tetapi, mereka para pengikut ormas ini tetap hidup berdampingan dan saling menghargai dan menghormati antara sesama. Jadi, kalau ingin mencari perbedaan dari kedua organisasi ini dalam mengamalkan agama, sangat sulit. Karena, perbedaan yang terlihat sangat sedikit dan kecil sekali. Disamping itu, semua kegiatan keagamaan yang berada di Wonokromo semuanya terpusat di satu tempat, yaitu Masjid Taqwa Wonokromo, yang dikenal sebagai Masjid “Pathok Negara”.
Kesadaran masyarakat Wonokromo terhadap pengamalan agama sudah sangat tinggi. Hal ini juga bias dibuktikan dengan banyaknya yang hafal Al-qur’an. Hampir 60 orang putra-putri warga Wonokromo yang hafal al-Qur’an. Hampir setiap tahunnya, warga Wonokromo pergi melaksanakan ibadah haji. Dalam setiap tahunnya, minimal 3 orang yang pergi melaksanakan ibadah haji. Bahkan, pernah dalam satu periode pelaksanaan ibadah haji, 21 orang yang melaksanakan ibadah haji. Dari sini menunjukkan, betapa tingginya kesadaran dan pengamalan agama warga Wonokromo.

D. Sejarah Berdirinya PP. Fadlun Minalloh
Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, merupakan salah satu pondok pesantren yang tepatnya berada di Dusun Wonokromo I, Rt 02, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Pesantren ini dapat dikatakan pesantren yang masih cukup muda umurnya. Akan tetapi, dari segi jumlah santrinya pesantren ini merupakan pesantren yang paling banyak santrinya, dibandingkan dengan pesantren lainnya yang berada di Dusun Wonokromo.
Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, didirikan sejak tahun 1987 oleh K.H.Muhammad Katib Masyhudi. Pada awal mulanya, bangunan ini belum resmi merupakan pondok pesantren. Awal mulanya, bangunan ini hanyalah seperti rumah biasa. Namun, bentuk bangunan ini telah berbentuk tingkat. Karena ketekunan dan keuletan beliau dalam belajar mengaji, akhirnya beliau mampu mengajar ngaji dengan fasilitas apa adanya. Semboyan beliau “yang penting jadi orang itu bisa mengaji dan mengamalkan ilmunya”. Fasilitas, bukanlah hambatan yang dapat melemahkan keinginan beliau untuk mengaji dan mengajar.
Gerakan revolusioner para kyai muda ini, seperti : K.H. Katib Masyhudi, dan Drs. K. Sudarman M, ini mendapat restu dari kalangan para kyai sepuh seperti K.H. M. Syifa’, K.H. M. Busyro (alm), dan K.H. M. Taftazi. Mereka sangat bersyukur karena dekade (masa 15 tahun) sebelumnya, degradasi intelektual dikalangan para muda sudah sedemikian mengkhawatirkan. Apalagi, Wonokromo dikenal dengan sebutan kampung santri. Jikalau tidak ada penerus para kyai yang telah sepuh, bagaimana tanggung jawab para masyarakat terhadap gelar “kampung santri”. Hal ini disebabkan hanya sedikit anak muda yang mau menekuni untuk mengkaji kitab kuning dan menghafalkan al-Qur’an. Akan tetapi, dengan munculnya beliau berdua, sedikit banyak akan mempengaruhi generasi seterusnya. Bahkan, kehadiran mereka, disambut sangat antusias oleh warga masyarakat Wonokromo secara umum.
Berangkat dari masa mudanya yang selalu berkecimpung didunia pendidikan (kuliah di IAIN Sunan Kalijaga, Fakultas Syariah, Jurusan Tafsir Hadits), pengamalan ajaran-ajaran islam, K.H. M. Katib juga tidak henti-hentinya belajar ilmu agama islam, khususnya menekuni bagaimana caranya untuk membaca kitab kuning (nahwu dan sorof). Karena berkat ketekunan dan keuletan beliau dalam belajar nahwu dan sorof, akhirnya beliau mampu mempelajari kitab-kitab kuning yang berbahasa arab serta tanpa syakal, dan bahkan beliau juga mampu menjelaskan dari maksud bacaan atau teks tersebut.
Dari konsisten beliau dalam belajar mengaji dan juga mengajar ngaji, akhirnya masyarakat mengakui ke kiyayian beliau. Akhirnya, dari tahun ketahun, pondok pesantren Fadlun Minalloh terus berkembang dengan pesatnya. Hal ini tidak lepas dari dukungan dan respon positif dari masyarakat sekitar dan luas. Karena semakin banyaknya minat untuk menyantri dengan K.H. M. Katib Masyhudi, akhirnya beliau kekurangan tempat untuk menampung para santri yang ingin mukim. Akhirnya, tanah yang beliau miliki dan masih kosong (belum ada bangunan), pada tahun 2000 dengan dibantu para santri, warga setempat dan wali santri, beliau menambah asrama untuk santri putra dan putri.
Secara resmi, pondok pesantren Fadlun Minalloh sampai sekarang (2009) telah memiliki 3 bangunan asrama yaitu : 2 asrama untuk putra dan 1 untuk putri. Adapun masing-masing bangunan asrama telah menggunakan model tingkat. Untuk asrama putri, adapun besar kamar adalah berukuran 3x5 m dan terdiri dari 8 kamar serta berada diatas tanah berukuran 10x30 m. Untuk asrama putra, terdiri dari 16 kamar dengan ukuran 4,5x5 m serta berada diatas luas tanah 30x35 m . Hingga sampai sekarang, pondok ini terus menjaga komitmennya yaitu mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah, pandai membaca kitab gundul/kuning, serta dapat meneruskan perjuangannya para Ulama terdahulu . Ketiga visi ini, selalu menjadi pathokan dan tujuan daripada proses pembelajaran yang ada di pondok pesantren Fadlun Minalloh.

E. Struktur Organisasi
Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, adalah pondok yang bertipe salafiyah atau tradisional. Adapun susunan pondok ini, secara langsung dipimpin dan diasuh oleh beliau K.H. M. Katib Masyhudi sendiri. Namun, untuk mengurusi para santri dan kegiatan yang sifatnya keseharian, beliau membentuk pengurus pondok, yang berfungsi sebagai pembantu beliau. Hal ini beliau lakukan untuk melatih para santri untuk belajar berorganisasi. Disamping itu juga, karena kesibukan beliau sehingga beliau butuh adanya pengurus untuk membantu beliau dalam mengurusi segala kepentingan santri. Adapun skema susunan pengurus PP. Fadlun Minalloh Wonokromo Periode 2008-2009, adalah sebagai berikut :




























F. Keadaan Pengasuh Pondok Pesantren
1. Riwayat Hidup dan Pendidikannya
K.H. M. Katib Masyhudi lahir pada tanggal 27 April 1964, di Desa Canden, Bantul, Yogyakarta. Ayahnya bernama K.H. Masyhudi (alm) seorang Ulama besar. Sedangkan Ibunya bernama ‘Afiyah (almh) binti Joyo Suwito (alm), yang bertempat asal di Canden, Bantul . Masa kecil beliau kurang mendapatkan perhatian dan kasih saying yang selayaknya dari orang tuanya. Hal ini dikarenakan beliau tidak ikut pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, beliau ikut seorang ibu tiri di Klaten. Sedangkan ibu kandungnya, berada di Sumatera. Sejak kecil, beliau sangat menderita baik lahir maupun batin. Bagaimanapun, tidak akan ada orang yang mengatakan bahwa ikut ibu tiri itu enak.
Sejak kecil, beliau bertempat tinggal berpindah-pindah mengikuti bapaknya. Setelah lahir (canden), beliau bertempat tinggal di Wonokromo, Pleret. Setelah itu, beliau pindah ke Klaten, dan Cilacap di tempat kakak perempuannya. Setelah itu, beliau pindah lagi ke Klaten. Sampai akhirnya, pada saat beliau menginjak kelas 1 SMA, beliau pindah lagi ke Wonokromo, Pleret, Bantul sampai dengan sekarang.
Sejak kecil, beliau telah dididik tentang ilmu-ilmu agama. Karena, bapak beliau adalah seorang Ulama yang mengajarkan ilmu-ilmu agama yang kemudian mendirikan pondok pesantren Salafiyah, yang berada di Puluh Watu, Karang Nongko, Klaten. Dari bimbingan bapaknyalah beliau mendapatkan ilmu-ilmu agama. Namun demikian, beliau tidak pernah merasakan kasih sayang yang layak. Pendidikan yang diberikan kepada beliau, bukan hanya pendidikan agama semata. Namun, beliau juga sering dimarah, dipukuli dan bahkan tidak diberi makan jikalau beliau salah dan tidak mengerjakan sholat 5 waktu. Disisi lain beliau harus sekolah, beliau juga harus mengurusi peternakan ayam milik ayahnya. Setiap pagi dan sore beliau harus membersihkan tempat makan dan minum untuk ayam, serta memberi makan. Hal itu harus beliau lakukan setiap pagi dan sore. Padahal, beliau juga harus sekolah. Maka tak heran, jika beliau sering mendapatkan hukuman dari pihak sekolah karena telat masuk ke sekolah. Begitulah keadaan kecil K.H. M. Katib Masyhudi, yang penuh dengan penderitaan lahir dan batin.
Setelah lulus dari SMP Kemalang, Klaten, beliau meninggalkan Klaten demi melanjutkan studynya di MAN Wonokromo. Di Wonokromo, beliau bertempat tinggal bersama dengan kakeknya. Mulai dari pagi sampai siang, beliau gunakan untuk menuntut ilmu di sekolah yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya sekitar 700 m. sedangkan setelah pulang dari sekolah, mulai dari jam 3 sore, beliau lanjutkan dengan mengaji kitab kuning, nahwu dan sorof, dan lain-lainnya di kampung Wonokromo. Karena ketekunan, keuletan serta ketelatenan beliau, akhirnya pada waktu masih duduk di bangku MAN, beliau sudah mulai mengajar nahwu dan sorof. Pada waktu itu, masih sebatas kalangan teman-teman dekatnya saja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan umur, akhirnya banyak masyarakat Wonokromo, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan, yang akhirnya menimba ilmu nahwu dan sorof kepada beliau.
Setelah lulus dari MAN Wonokromo, Pleret, Bantul, beliau kemudian melanjutkan studynya ke IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta jurusan Tafsir Hadits. Pada waktu itu, Jurusan Tafsir Hadits, adalah jurusan yang paling banyak ditakuti oleh mahasiswa. Karena, jurusan ini pasti akan berkecimpung dengan bahasa arab yang tidak menggunakan syakal. Perjalanan dari rumah sampai kampus, beliau tempuh dengan menggunakan sepeda onthel. Walaupun terkadang beliau juga berboncengan dengan temannya naik sepeda motor. Namun, yang paling sering adalah naik sepeda onthel. Hal ini beliau lakukan karena semata-mata ingin menimba ilmu pengetahuan. Keadaan, bukanlah penghalang bagi beliau untuk menuntut ilmu. Asal ada tekad dan kemauan, pasti ada jalan untuk mewujudkannya.
Disela-sela kuliahnya, beliau juga menyibukkan diri untuk mengajar prifat nahwu dan sorof serta membuat kaligrafi. Hal ini beliau lakukan untuk mencari tambahan untuk biaya kuliah. Karena, biaya kuliah beliau tanggung sendiri. Ayah beliau tidak mau membiayai kuliahnya. Bahkan, ketika beliau meminta uang untuk kuliah, dijawab oleh ayah beliau “siapa yang menyuruh kamu kuliah? Ayah tidak pernah menyuruh kamu kuliah. Karena kuliah itu keinginanmu sendiri, maka bayar sendiri” . Betapa sedihnya hati beliau mendengar jawaban dari ayahnya. Beliau berfikir, orang tua manapun pasti akan senang jika mendengar anaknya bias kuliah. Tapi, tidak begitu dengan ayah beliau. Melihat keadaan yang demikian, maka beliau betul-betul mewujudkan impian kuliahnya dengan hasil kerjanya sendiri. Beliau tidak berlarut-larut dalam kesedihan, karena tidak dibiayai oleh orang tuanya.
Selain mengajar prifat, beliau dirumah juga mengajar para santri. Waktu itu, sudah ada beberapa santri yang mulai mukim. Adapun asal santri tersebut adalah dari Klaten. Inilah cikal bakal santri beliau. Pada waktu itu juga, beliau masih senang dengan seni kaligrafi yang hasil dari karyanya tersebut beliau jual untuk menambah biaya kuliah.

2. Latar Belakang Keluarga
Menurut Mukti Ali “orang itu seperti pohon ; pohon yang baik tumbuh dari biji yang baik ditambah lagi lahan dan cuaca yang mendukung untuk itu. Sebaliknya, pohon yang jelek berasal dari biji yang kurang baik dan lahan yang tidak subur. Begitu juga dengan seseorang, orang yang besar lahir dari dua unsur pokok, yaitu: watak yang diwarisi dari orang tuanya dan keadaan sekitar dimana dia hidup .
K.H. M. Katib Masyhudi merupakan seseorang yang terlahir dengan sosok yang cerdas atau kalau diibaratkan sebuah biji, beliau berasal dari biji yang baik. Beliau dibesarkan dilingkungan pesantren atau dikenal dengan istilah sebutan kampong santri yang mendukung kemajuan ilmu agamanya, serta didukung dengan kuliah di jurusan Tafsir Hadits, sehingga semua ini menghantarkannya kepada martabat tertinggi dimata masyarakat Wonokromo, khususnya dimata para santri.
Dari latar belakang keluarga, K.H. M. Katib Masyhudi lahir dari keluarga terhormat dan terpandang yaitu putra pasangan dari K.H. Masyhudi dan Nyai ‘Afiyah. K.H. Masyhudi, disamping sebagai pejuang angkatan 1945 dan mantan ketua DPRD Bantul, beliau juga seorang pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Salafiyah, Karang Nongko, Klaten. Beliau mendirikan pondok Salafiyah di Klaten semenjak jaman penjajahan Belanda. Melihat hal tersebut, sudah barang tentu K.H. M. Katib Masyhudi adalah sosok yang terlahir dari golongan orang yang terpandang dan berilmu.
3. Pribadi K.H. M. Katib Masyhudi
K.H. M. Katib Masyhudi masa kecilnya hanya membantu orang tuanya. Terkadang beliau mencari uang sendiri dengan ikut mencari batu di sungai yang kemudian beliau jual kepada pembeli keliling atau pemborong untuk membangun rumah di Klaten .
Menginjak masa remaja, beliau mulai meniti karir yang beliau sukai. Salah satu karir yang beliau sukai adalah seniman. Awal mulanya beliau hanya berniat untuk sekedar senang-senang dan sekedar mencari pengalaman semata. Namun, lama kelamaan justru beliau mulai tertarik akan dunia seni. Beliau mulai memasuki dan mempelajari dunia seniman lewat baca puisi. Hampir setiap ada acara apapun, pasti beliau isi dengan membaca puisi. Akhirnya, beliau memberanikan diri untuk mengikuti lomba membaca puisi. Ternyata, bakat yang terpendam dalam dirinya mulai terkuak. Setiap ada perlombaan untuk membaca puisi, beliau pasti menjuarainya. Puncak karir beliau dalam dunia seni adalah dengan bergabung dengan kelompok penyair dari jogja lainnya seperti : Emha Ainun Najib, Mathori A Elwa, Joni Aryadinata, Wes Ibnu Say, dan lain-lainnya.
Namun, bagaimanapun senangnya beliau dengan dunia seni, akan tetapi beliau juga tidak pernah meninggalkan kegiatan mengajinya di rumah. Setiap datang jam mengaji, beliau pasti pulang sebelum jamnya. Di majelis ngajipun, beliau tidak hanya sekedar mendengarkan atau hanya sekedar datang untuk memenuhi jadwal nagji beliau. Akan tetapi, beliau betul-betul memperhatikan dan menekuninya. Beliau punya prinsip, segala sesuatu itu akan memberikan hasil dan akan bermanfaat jika kita mau menekuninya. Jika tidak, maka jangan harap ada sesuatu yang akan kita dapatkan.
Ketika beliau kuliah, beliau juga dikenal teman-temannya sebagai sosok orang yang cerdas dan pintar. Sehingga, ketika beliau kuliah, hampir semuanya kenal dengan beliau. Disamping pintar dan cerdas, beliau juga humoris dan mudah bergaul. Maka wajar, jika semua temannya merasa kesepian dan kehilangan jika beliau tidak berangkat kuliah. Walaupun demikian, semasa belajar beliau dikenal sebagai siswa/mahasiswa yang sering tidur di dalam kelas. Namun demikian, jika beliau disuruh mengerjakan (sebagai hukuman karena tidur di kelas) beliau pasti bisa. Sehingga, para guru seakan tidak punya alasan untuk memarahinya. Yang lebih mengherankan lagi, ketika dalam suatu kelas mengadakan suatu kegiatan, beliau tidak ikut, maka teman-temannya pun tidak mau ikut. Padahal, ketidak ikut sertaan beliau dikarenakan terkadang tidak memiliki biaya. Akhirnya, teman-teman beliaulah yang menanggung biayanya.
4. Hasil Karya K.H. M. Katib Masyhudi
Hasil karya beliau adalah berupa terjemahan kitab-kitab kuning karangan para Ulama terdahulu (salafus salih). Namun demikian, karangan tersebut belum ada yang beliau terbitkan melalui penerbit. Kebanyakan, terjemahan beliau masih bersifat terbatas (kalangan sendiri). Disamping itu, beliau juga menyusun buku nahwu dan shorof versi beliau.
Keinginan beliau menyusun buku nahwu dan shorof ini dikarenakan beliau melihat keadaan para santri beliau yang kebanyakan hanya nyantri selama sekolah (rata-rata 3 tahun). Padahal, jika menggunakan kitab-kitab nahwu dan shorof yang ada, tidak mungkin dalam waktu yang singkat tersebut, santri bisa membaca kitab kuning yang tanpa syakal tersebut. Akhirnya, beliau berfikir keras untuk mencari cara bagaimana supaya waktu yang sedemikian singkat tersebut, ketika santri keluar pondok, mereka sudah mampu untuk membaca kitab kuning. Akhirnya, tercapailah cita-cita tersebut. Beliau beri nama kitab karangan nahwu dan shorof beliau “Cara cepat untuk bisa membaca kitab Gundhul”. Buku tersebut selesai beliau tulis pada tanggal 9 Februari 2000. dan beliau perbaharui (edit) kembali pada tahun 2007.
G. Ustadz dan Ustadzah
Ustadz atau Ustadzah adalah sebutan tenaga pengajar atau guru yang ada di pondok pesantren Fadlun Minalloh. Tugas utamanya adalah membantu mengajar Bapak Kyai dan Ibu Nyai. Kesemua Asatidz ini, berasal dari para santriwan dan santriwati yang telah senior dan dirasa mampu untuk mengajar para santri.
Adapun jumlah keseluruhan tenaga pengajar atau guru di pondok pesantren Fadlun Minalloh, ada 8 orang terdiri dari : 5 orang Ustadz dan 3 orang Ustadzah. Masing-masing Ustadz hanya mengampu 1 materi atau 1 kitab saja. Hal ini dimaksudkan agar para Ustadz dapat berkonsentrasi penuh terhadap materinya demi memandaikan santri. Namun demikian, bukan berarti para Asatidz tidak mempelajari kitab-kitab yang lainnya. Walaupun mereka telah menjadi tenaga pengajar di pondok, mereka tetap wajib mengaji kepada pengasuh / pimpinan pondok pesantren, dalam 1 hari minimal 1 kali mengaji dengan pengasuh. Hal ini dimaksudkan, agar tetap adanya hubungan santri dengan kyayinya.
Dari jumlah Ustadz tersebut, kebanyakan dari mereka adalah lulusan Sarjana UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta dan juga masih ada yang kuliah. Hanya ada satu tenaga pengajar yang kebetulan hanya sekolah sampai jenjang SMP. Namun demikian, kemampuannya dalam ilmu agama sangatlah memadai. Sehingga, sangatlah pantas jika ia menjadi tenaga pengajar.
H. Keadaan Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seseorang disebut Kyai adalah apabila ia memiliki pondok pesantren dan ada santrinya yang mukim. Sedangkan sebutan untuk mereka yang ikut menimba ilmu pengetahuan di pesantren (baik mukim maupun tidak) disebut dengan istilah Santri. Oleh karena itu, santri adalah elemen penting dalam tubuh pondok pesantren.
Namun demikian, menurut bahasa yang digunakan di pesantren untuk menyebut seorang santri, ada 2 golongan yaitu :
1. Santri Mukim
Yaitu orang-orang yang berasal dari luar daerah atau daerah asal, namun ia menetap di pondok pesantren atau menetap dengan kyayinya. Adapun jumlah keselurahan santriwan dan santriwati pondok pesantren Fadlun Minalloh yang menetap adalah :
a. santri putra berjumlah 59 orang
b. santri putrid berjumlah 51 orang
Secara mayoritas, santri yang mondok di pesantren ini berasal dari daerah Klaten. Sedangkan yang berasal dari luar daerah Klaten, bisa dikatakan hanya sekitar 5%. Hal ini dikarenakan, orang tua beliau sudah sejak dulu kala menyebarkan agama islam di Klaten dan bahkan mendirikan pondok pesantren. Namun, karena di sana pondoknya jauh dari fasilitas sekolah umum, maka bagi para santri yang ingin sekalian sekolah umum, oleh bapak beliau disuruh untuk ketempatnya K.H. M. Katib Masyhudi. Dan bahkan, ini sudah menjadi peraturan dari bapak beliau.
Secara umum, semua santri sambil sekolah di luar pondok. Hal ini dikarenakan, pondok Fadlun Minalloh tidak memiliki sekolahan sendiri. Walaupun demikian, pondok tidak menutup diri dari dunia sekolah formal. Namun, ada juga sebagian kecil santri yang sudah tidak sekolah. Namun, rata-rata mereka sambil bekerja di luar pondok. Dari pagi, mulai dari jam 07.00 WIB para santri melakukan aktifitas diluar pondok. Namun, mulai sore (jam 15.00 WIB) para santri sudah harus berada di pondok untuk melakukan kegiatan mengaji.
2. Santri Kalong
Yaitu, murid-murid yang ikut menimba ilmu di pondok pesantren, akan tetapi mereka tidak menetap di pondok. Secara umum, mereka berasal dari daerah-daerah dekat sekitar pondok pesantren. Mereka hanya mengikuti kegiatan mengaji pada jam-jam tertentu saja, seperti hanya mengikuti kegiatan pengajian jam 20.00 – 21.00 WIB saja. Setelah itu, mereka kembali pulang kerumah mereka masing-masing. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti para santri yang mukim saja. Hal ini dimaksudkan agar penulis lebih mudah untuk mencari dan mengumpulkan data-data yang valid.
I. Pengembangan Kreatifitas
Pengembangan kreatifitas santri ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan bakat para santri yang mungkin selama ini terpendam, agar supaya mereka dapat mencapai hasil yang diinginkan. Adapun pengembangan kreatifitas para santri tersebut antara lain meliputi:
1. Pelatihan Pidato
Pelatihan ini diadakan seminggu 2 kali, yaitu setiap malam jum’an dan hari jum’at setelah pelaksanaan sholat jum’at. Adapun peserta dari pelatihan ini, wajib diikuti oleh semua santriwan/wati dengan jadwal sebagai berikut:
a. untuk malam jum’at, santriwan dan santriwati mengadakan acara sendiri-sendiri (di asrama masing-masing)
b. untuk jum’at siang, pelatihan wajib diikuti oleh semua santriwan/wati dan berada dalam satu tempat (aula pondok putra selatan).


2. Pelatihan Penerapan Membaca Kitab Kuning
Di pondok pesantren, sangat dikenal dengan adanya istilah sorogan atau latihan secara langsung berhadapan dengan seorang kyai. Sedangkan santri, membaca kitab yang sudah ia pelajari di dalam kamar terlebih dahulu. Sehingga, di sini dibutuhkan persiapan yang matang dari para santri yang akan mengajukan kepada kyai.
3. Pelatihan Hadroh
Adapun pelatihan ini hanya khusus bagi para santri putra dan juga wajib untuk diikuti oleh semua santri yang baru berada di pondok kurang lebih 2 tahun. Adapun para santri yang telah berada di pondok lebih dari 2 tahun, pelatihan ini hanya bersifat sunat.
4. Pelatihan Qiroah
Pelatihan ini bersifat sunat, baik bagi santriwan/wati. Karena, pelatihan juga mengandalkan bakat suara yang memang bagus, walaupun semua itu bisa dibentuk. Adapun pelaksanaannya adalah setiap malam minggu.
5. Pelatihan Penulisan Khat
Pelatihan ini diadakan 1 bulan sekali setiap hari minggu pagi. Adapun kegiatan ini, juga bersifat sunat bagi para santri. Namun, semua ini diadakan adalah untuk mengembangkan bakat dan minat para santri.

Terjemah kitab Arba' Rasail

RISALAH PERTAMA:
LARANGAN MENINGGALKAN SHOLAT
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada paling mulianya para rasul, Pemimpin kita Nabi Muhammad SAW, dan segenap keluarga serta para sahabat semuanya. Amma ba’du.
Ketahuilah wahai para saudaraku –semoga Allah memberi pemahaman agama kepada kami dan kalian semua, semoga Allah memberikan ilham kepada petunjuk kita dan semoga Allah juga melindungi kita dari kejahatan hawa nafsu kita- bahwa sesungguhnya sholat adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikannya, maka benar-benar telah mendirikan agama, dan sebaliknya barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka benar-benar telah merobohkan agama. Dan bahwa sesungguhnya musibah terbesar, kejelekan paling jelek dan paling memalukan adalah meremehkan sholat dan menyia-nyiakan sholat Jum’at dan Jama’ah, yang karenanya Allah telah meluhurkan derajat, menghapus dosa-dosa dan menyuruh ibadah dengannya semua ahli bumi dan langit.
Tidaklah seseorang meninggalkan sholat dan kehidupan duniawi melalaikannya dari mendirikan sholat, kecuali ia telah tetap kecelakaannya, besar siksanya, rugi akad perjanjiannya, dan akan lama kesedihan dan penyesalannya.
Maka orang yang meninggalkan sholat akan dimurkai dan kepada selain agama Islam akan mati. Neraka Jahim adalah tempat tinggalnya, Neraka Hawiyah adalah tempat kembali dan menetapnya, ia akan dilaknati di sisi Allah dan ditolak di bumi dan di langit-Nya.
Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib RA, beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba beriman meninggalkan sholat dan tidak melaksanakannya, kecuali Allah akan menulis di wajahnya; “Orang ini telah keluar dari rahmat Allah dan Saya berlepas tangan darinya”. Dan jika seorang hamba meninggalkan satu fardhu sekali saja, maka namanya akan ditulis di pintu neraka.
Dalam sebuah hadis panjang pada bagian akhir, yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khattab RA dan Abu Hurairah RA dari Nabi Muhammad SAW: “Bahwa malaikat Jibril turun kepada beliau dan berkata: Bacalah ! saya menjawab: apa yang harus saya baca? Jibril berkata:
59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, [QS Maryam(19): 59]
Saya bertanya: wahai Jibril, apakah umatku juga akan menyia-nyiakan sholat setelahku? Jibril menjawab: “ya, akan datang diakhir zaman sekelompok manusia dari umatmu yang menyia-nyiakan sholat, mengakhirkan waktu sholat dan memperturutkan hawa nafsunya. Uang dalam pandangan mereka lebih baik dibandingkan sholat mereka.”
Disebutkan dalam tafsir firman Allah SWT:
87. Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang Telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah. [QS Maryam(19): 87]
Rasulullah SAW bersabda: Perjanjian itu adalah sholat lima waktu.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah menetapkan suatu kewajiban fardhu kepada hamba-Nya setelah tauhid, yang lebih dicintai dibandingkan sholat. Jika ada sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan sholat, maka Allah akan menetapkan ibadah dengannya.”
Para malaikat Allah sebagian ada yang ruku’, sujud, berdiri dan duduk melaksanakan sholat. Disebutkan: Sesungguhnya para Malaikat yang sholat di langit dinamakan Khuddam ar-Rahman (Para pelayan Allah yang Maha belas kasih) dan mereka membanggakan diri dengan nama itu kepada semua malaikat lainnya.
Sahabat Abu Darda’ berkata: “Hamba Allah yang terbaik adalah mereka yang menjaga matahari, bulan dan bayangan-bayangan untuk mengingat Allah, maksudnya menjaga waktu untuk sholat.
Diriwayatkan: “Yang paling awal dihisab dari amal seorang hamba pada hari Qiyamat adalah sholat. Jika sholatnya ditemukan sempurna, maka sholat dan semua amalnya diterima. Sebaliknya jika sholatnya ditemukan kurang, maka sholat dan semua amalnya ditolak.
Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Hurairah RA: “Wahai Abu Hurairah, perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan sholat! Sesungguhnya Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak kamu kira.” Dan yang membenarkan hadits diatas adalah firman Allah SWT:
132. Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.[QS. Taha(20): 132]
‘Atha al-Khurasani berkata: “Tidaklah seorang hamba bersujud kepada Allah dengan sekali sujud disuatu tempat dibumi, kecuali tempat tersebut akan menjadi saksi baginya di hari Qiyamat dan ia akan menangisinya di hari kematiannya.”
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa meninggalkan sholat secara sengaja, maka telah lepas darinya tanggungan perlindungan Muhammad SAW.” Rasulullah SAW bersabda: “Sholat lima waktu telah Allah wajibkan bagi para hamba-Nya. Barangsiapa yang melaksanakannya pada waktunya, maka sholat tersebut akan menjadi cahaya dan penuntun baginya di hari Qiyamat. Dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka akan dikumpulkan bersama fir’aun dan haman.”
Disebutkan dalam hadits yang panjang: “Sesungguhnya malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata: ”Wahai Muhammad SAW, Allah tidak akan menerima dari orang yang meninggalkan sholat, baik puasanya, shodaqohnya, hajinya, amalnya dan zakatnya. Orang yang meninggalkan sholat dilaknati di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan (al-Qur'an). Orang yang meninggalkan sholat akan turun baginya seribu laknat dan seribu murka dalam sehari semalam. Sesungguhnya para malaikat melaknatinya dari atas tujuh tingkatan langit. Wahai Muhammad SAW, Orang yang meninggalkan sholat tidak akan mendapatkan bagian keuntungan dan syafa’atmu, bahkan ia bukanlah golongan dari umatmu. Wahai Muhammad SAW, Orang yang meninggalkan sholat tidak akan dijenguk dalam sakitnya, tidak diiringi jenazahnya, tidak beri salam, tidak diberi makanan dan minuman, tidak ditemani dan diajak duduk, tidak ada agama baginya, tidak ada amanah baginya, tidak ada bagian rahmat Allah baginya dan ia termasuk orang-orang munafiq yang menempati tingkatan paling rendah di neraka.
Orang yang meninggalkan sholat akan dilipat gandakan siksanya dan datang pada hari Qiyamat, dalam keadaan dibelenggu kedua tangannya kearah lehernya, para malaikat akan memukulinya, dibukakan neraka Jahannam baginya dan ia akan masuk melalui pintunya seperti anak panah, ia akan terjungkal dengan kepala dibawah dan berada bersama Qarun dan Haman pada tingkatan paling rendah di neraka.
Bagi orang yang meninggalkan sholat, jika diangkat sesuap makanan kedalam mulutnya, maka sesuap makanan itu akan berkata kepadanya: “Semoga Allah melaknatmu wahai musuh Allah. Kamu memakan rezeki Allah, akan tetapi tidak melaksanakan fardhu-fardhu-Nya.” Bagi orang yang meninggalkan sholat, jika pakaiannya telah lepas dari tubuhnya, maka ia akan berkata kepadanya: “Seandainya Tuhanku tidak menundukkanku bagimu, niscaya aku akan berlari menjauh darimu.” Bagi orang yang meninggalkan sholat, jika ia keluar dari rumahnya, maka rumahnya akan berkata kepadanya: “Semoga Allah tidak mengiringimu dalam perjalananmu, semoga Dia tidak mengikutimu dalam jejak langkahmu dan semoga Dia tidak mengembalikanmu selamat kepada keluargamu.” Orang yang meninggalkan sholat akan dilaknati dalam kehidupan dan setelah kematiannya. Orang yang meninggalkan sholatakan mati dalam keadaan yahudi dan dibangkitkan dalam keadaan nasrani.
Imam al-Sya’rani berkata dalam kitab al-‘Uhud: Kami telah diikat perjanjian umum dengan Rasulullah SAW untuk menjelaskan bagi orang yang meninggalkan sholat -baik dari kalangan para petani, orang awam dan semua orang bodoh- tentang keutamaan sholat lima waktu, keutamaan orang yang menjaganya dan kami mengkhususkan dengan tambahan penguatan, sebagaimana Allah dan Rasul-Nya telah memberikan penguatan. Dan pada masa sekarang, sebagian besar orang faqir dan para pencari ilmu telah lalai dengan masalah tersebut, sehingga engkau lihat, sebagian dari mereka bergaul dengan orang-orang yang meninggalkan sholat, baik anak, pembantu, sahabat dan lain sebagainya. Mereka makan dan tertawa bersamanya, memperkerjakan mereka, baik dalam perdagangan, pemerintahan dan lain sebagainya, tetapi tidak menjelaskan kepadanya sama sekali dosa meninggalkan sholat dan pahala melaksanakannya, yang seperti itulah yang justru merobohkan agama.
Maka jelaskanlah wahai saudaraku! Kepada semua orang bodoh yang telah mengosongkan dirinya dari memenuhi kewajiban-kewajiban agama. Karena jika tidak, maka engkau termasuk orang yang pertama kali dibakar di neraka sebab bersama mereka, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits shahih. Sesungguhnya engkau termasuk golongan orang yang mengetahui, tetapi tidak mengamalkan. Karena semua orang yang mengetahui hukum-hukum syari’at, tetapi tidak mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain, maka termasuk kedalam golongan orang yang mengetahui, tetapi tidak mengamalkan dengan ilmunya.
Maka ketahuilah –semoga Allah merahmati kalian semua- sesungguhnya sholat, melanggengkannya dan secara berjamaah adalah sebab-sebab memperoleh kebaikan, barokah, memperbanyak pahala, meluhurkan derajat, menghapuskan dosa-dosa dan menghilangkan bala’ dan bencana. Ia adalah pondasi taqwa, yang merupakan azas kesempurnaan. Jika melanggengkan sholat telah berhasil, maka berhasillah ketaqwaan dan semua kebaktian dan kebaikan, seperti mencegah dari perbuatan keji dan munkar serta mencegah dari perbuatan dosa.
Allah SWT berfirman:
96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,… [QS. al-A’raf(7): 96]
Allah SWT berfirman:
66. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka... [QS. al-Maidah:(5): 66]
Allah SWT berfirman:
16. Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). [QS. Jin(72): 16]
Sesungguhnya bencana akan hilang dari suatu tempat yang penduduknya melaksanakan sholat, sebagaimana juga bencana akan turun di suatu tempat yang penduduknya meninggalkan sholat. Maka janganlah menganggap jauh! Terjadinya gempa bumi, tanah longsor dan badai halilintar di suatu tempat yang penduduknya meninggalkan sholat. Janganlah engkau berkata: “Saya telah sholat dan tidak peduli dengan mereka yang tidak sholat, karena saya bukan termasuk golongan mereka.” Karena sesungguhnya jika bencana telah turun, maka akan menimpa semua orang baik yang shalih (baik) maupun yang thalih (bejat), karena orang yang shalih tidak mau memerintahkan, tidak mencegah dan tidak memusuhi mereka karena Allah. Sesungguhnya Allah Maha menyaksikan terhadap segala sesuatu.
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, pada suatu hari beliau bersabda kepada para sahabatnya: “Berdoalah kalian semua:
اَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ فِيـْـنَا شَقِيًّا وَ لاَ مَحْرُوْمًا
Yaa Allah, jangan jadikan kami semua orang yang celaka dan tertutup dari rahmat-Mu.
Beliau kemudian bertanya: “tahukah kalian semua siapakah orang yang yang celaka dan tertutup dari rahmat-Nya?” Para sahabat bertanya: “siapakah dia, wahai Rasulullah? Beliau SAW menjawab: ia adalah orang yang meninggalkan sholat.”
Disebutkan dalam hadits isra’-mi’raj; ketika Nabi SAW berada pada suatu kaum yang kepalanya dipukuli dengan batu. Ketika hancur kepalanya dipukul dengan batu, maka dikembalikan seperti semula dan tidak ada henti-hentinya seperti itu. Kemudian beliau SAW bertanya: “Siapakah mereka wahai Jibril?” Ia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang kepalanya berat untuk melaksanakan sholat.”
Allah SWT telah berfirman:
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, [QS. al-Ma’un(107): 4-5]
Sebagian ahli tafsir berpendapat: maksud ayat diatas adalah mereka yang menyia-nyiakan sholat dan mengeluarkan sholat dari waktunya. Sedangkan al-Wail adalah jurang dineraka Jahannam, yang seandainya gunung-gunung dunia dilewatkan diatasnya, niscaya akan hancur lebur disebabkan panasnya. Ia adalah tempat bagi orang yang meremehkan sholat, kecuali ia bertobat kepada Allah dan menyesali kelalaiannya. Dan karena sholat dapat dibedakan antara orang beriman dan orang kafir.
Diriwayatkan dari Nabi SAW; sesungguhnya beliau bersabda: Barangsiapa menjaga sholat, maka Allah akan memuliakannya dengan 5 perkara:
1. Allah akan menghilangkan kesulitan/kesempitan hidupnya.
2. Allah akan menghilangkan siksa kubur baginya.
3. Allah akan memberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanan.
4. Ia akan melewati jembatan Shirat al-Mustaqim seperti kilat.
5. Ia akan masuk surga tanpa hisab (hitungan/penelitian amal).
Dan barangsiapa yang meremehkan sholat, maka Allah akan memberinya 15 siksa; 6 diberikan didunia, 3 ketika akan mati, 3 ketika didalam kubur, 3 ketika menghadap Tuhannya, maksudnya dihari Qiyamat.
Adapun siksa yang menimpa didunia adalah:
1. Dicabut barokah hidup dari umurnya.
2. Dihapus tanda orang sholeh dari wajahnya.
3. Semua amal yang ia lakukan tidak diberi pahala.
4. Tidak diangkat do’anya ke langit.
5. Ia tidak mendapat bagian do’anya orang-orang sholeh.
6. Ruhnya akan keluar dengan tanpa membawa iman.
Adapun siksa yang menimpa ketika mati adalah:
1. Mati dalam keadaan hina.
2. Mati dalam keadaan kelaparan.
3. Mati dalam keadaan kehausan, walaupun diberi minum sebanyak samudra dunia, tetap tidak akan hilang hausnya.
Adapun siksa yang menimpa ketika didalam kubur adalah:
1. Allah akan menyempitkan kuburnya, sampai lepas sendi-sendinya.
2. Dinyalakan api didalam kuburnya, ia akan bolak-balik di dalam bara api siang dan malam.
3. Ia akan diserahkan kepada ular besar yang bernama al-Syuja’ al-Aqra’ (buas dan botak) yang akan menggigitnya karena menyia-nyiakan sholat, dan ia akan merasakan siksa tersebut sekadar waktu sholat yang ditinggalkan.
Adapun siksa yang menimpa ketika menghadap Tuhannya adalah:
1. Ketika langit telah pecah, malaikat akan datang dengan membawa belenggu rantai, yang panjangnya 70 dira’ (hasta). Kemudian malaikat itu akan mengalungkan kepada dilehernya, dimasukkan ke mulutnya dan dikeluarkan lewat anusnya,. Malaikat itu berkata: “Ini adalah balasan orang yang telah menyia-nyiakan fardhu-fardhu Allah.” Ibn ‘Abbas berkata: “Seandainya satu lingkaran dari belenggu rantai itu jatuh kebumi, maka lingkaran itu akan membakarnya.
2. Allah tidak akan melihatnya.
3. Allah juga tidak akan menyucikannya dan baginya siksa yang sangat pedih.
Diriwayatkan: sesungguhnya yang paling awal dijadikan menghitam adalah wajah-wajah orang yang meninggalkan sholat. Sesungguhnya dineraka Jahannam terdapat jurang yang diberi nama Lamlam, yang didalamnya terdapat ular-ular berbisa. Setiap ular besarnya seperti leher onta. Panjangnya perjalanan sebulan, yang akan menyengat orang yang meninggalkan sholat, racunnya akan mendidih dalam tubuhnya selama 70 tahun, kemudian dagingnya akan hancur terkoyak-koyak.
Diriwayatkan dalam hadits lain Nabi SAW bersabda: Barangsiapa menjaga sholat 5 waktu dengan jamaah, maka Allah akan memberinya dengan 5 perkara:
1. Allah akan menghilangkan kesulitan/kesempitan hidupnya.
2. Allah akan menghilangkan siksa kubur baginya.
3. Allah akan memberikan buku catatan amalnya dengan tangan kanan.
4. Ia akan melewati jembatan Shirat al-Mustaqim seperti kilat yang menyambar.
5. Ia akan masuk surga tanpa hisab (hitungan/penelitian amal).
Dan barangsiapa yang meremehkan sholat dengan jamaah, maka:
1. Allah akan menghilangkan barokah dari pekerjaan dan rizqinya
2. Dia tidak akan mau menerima semua amalnya.
3. Dicabut tanda kebaikan dari wajahnya.
4. Ia akan dibenci dihati para manusia.
5. Ia akan dicabut nyawanya dalam keadaan kelaparan dan kehausan.
6. Ia akan dipersulit dalam menjawab pertanyaan kubur.
7. Kuburnya akan dipersempit dan gelap gulita.
8. Ia akan dipersulit ketika hisab pada hari Qiyamat.
9. Tuhan akan sangat murka kepadanya
10. Dia menyiksanya di dalam neraka.
Qatadah berkata: “Laksanakanlah sholat! Karena sesungguhnya ia adalah akhlaqnya orang-orang beriman.” Rasulullah SAW bersabda: “Ummatku adalah ummat yang dirahmati Allah. Tidaklah bencana dihilangkan dari mereka, kecuali dengan keikhlasan, do’a mereka, sholat mereka dan orang-orang lemah mereka.”
Telah diriwayatkan hadits-hadits yang banyak, yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan sholat. Dan telah berpegang dengannya sebagian besar sahabat, seperti ‘Umar bin al-Kaththab, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, Jabir bin Abdillah dan Abu ad-Darda’ –semoga Allah meridhoi mereka semua. Dan telah mengikuti mereka semua sekelompok ulama salaf, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, Abdullah bin al-Mubarak, an-Nakha’I dan lain sebagainya. Maka apakah yang mencegahmu untuk mengikutinya, wahai saudaraku untuk mengikuti hadits-hadits yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan sholat, pendapat para sahabat dan para imam? Seandainya tidak ada pengingkaran dari orang yang meninggalkan sholat kepada Tuhannya -yang telah menciptakannya, menyempurnakannya, meluruskannya, memeliharanya, memberinya makan, memberinya minum, memasukkannya ke jalan keselamatan dan memberinya pengertian tentang tipu daya musuh-musuhnya- maka apakah sudah pantas, bagi hamba yang lemah dan cacat ini membangkang kepada Tuhannya yang Maha Pemurah dan justru mentaati syetan terkutuk yang telah mengeluarkan ayahnya dari surga dan mengajaknya menuju jalan kebinasaan. Sungguh celaka bagi orang yang mengikuti dan menuruti ajakannya

perkiraan pondok pesantren

Ponpes Hikmatul Muhajirin
Ada hal penting yang perlu dikaji secara serius dari acara Silaturahmi Alim Ulama di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Semarang, 11 Pebruari 2007 lalu. Yang terdengar dalam lesehan para ulama itu hanya sebatas saling tuding dan menyalahkan antara satu dengan yang lainnya. Menteri Agama Maftuh Basyuni, Gus Mus dan Habib Lutfi, juga yang lainnya hanya saling menjual gengsi masing-masing. Tidak ada yang memberi jawaban apa yang menjadi penyebab tidak maju dan bermutunya banyak pesantren akhir-akhir ini? Berikut adalah wacana yang dapat kami potret dari perjalanan pendidikan kami.

Kalau kita mau jujur dengan fakta yang ada di lapangan memang sistim dan mutu pendidikan di Pesantren-pesantren telah mengalami kemunduran yang drastis bila dibandingkan dengan pesantren tempo dulu. Kami yakin faktor internal sebagai penyebab utamanya.

Pesantren tempo dulu

Barangkali yang menjadi ciri khas posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sekaligus sebagai benteng aqidah masyarakat dan diakui oleh sejarah kesuksesannya adalah keikhlasan kyai, ketekunan para santri dalam belajar dan riyadoh lahir dan batin, jauh dari persoalan subhat apalagi haram. Sementara yang lainnya mungkin tetap sama.

Keikhlasan kyai dalam mengajar dan membina santri tidak pernah dan tidak akan terbayarkan dengan harapan nilai materi dan duniawi. Keikhlasan yang total menjalankan perintah Allah mengajar dan mengajak masyarakat kepada Islam. Keikhlasan yang tak pernah terpotretkan dengan kepopuleran, mereka lebih memilih diam dalam surau dan kezuhudan yang sepi dan senyap dari gejolak politik dan gemerlap sosial dan duniawi yang kadang bisa merusak keikhlasan dan mengantarkan kepada riya dan sum’ah (kepopuleran). Walaupun sistim pengajian ala kadarnya, mengajar sambil mengantuk sehingga kitab setebal “alaihim” bisa hatam dalam waktu satu bulan, luar biasa itu. Tapi anehnya menjadi alim dan saleh seperti gurunya, mberkahi betul. Bandingkan dengan sekarang.

Dengan keikhlasannya pula beliau-beliau tidak pernah berpikir tentang gedung, sarana dan prasarana, SPP atau yang lainnya yang ada dalam hatinya bagaimana santrinya mau dan bisa belajar dengan baik sekalipun di atas bancik, hal itu tidak membuatnya malu atau gengsi, apalagi berpikir untuk membuat proposal seperti kyai zaman sekarang.

Keikhlasan, kealiman, istiqomah dan tawadu’ (rendah diri) dan ketelatenan sang kyai adalah modal utama yang dapat memproduk santri yang allamah dan berakhlak mulia sekaligus sebagai bendera kesuksesan pesantren dalam mencetak ulama, zu’ama dan fuqoha. Di samping itu ketekunan santri dalam belajar, menjauhi maksiat dan meninggalkan segala larangan dan kewira’ian orang tua dalam memberi nafkah kepada anaknya sangat dijunjung.

Dengan bermodalkan itu semua rata-rata santri dulu dari satu pesantren pulang ke kampung halaman langsung menjadi kyai atau minimal jadi ustad yang mumpuni dan diakui masyarakat, tanpa mengikuti pendidikan selanjutnya.

Sayangnya pesantren yang seperti itu (salaf produktif) kini jumlahnya sangat terbatas atau hanya sekitar 10% dari total 14.798 pesantren dengan jumlah santri 2.057-814 sesuai data departemen kesehatan ketika membagikan bantuan dana kesehatan Pondok pesantren pada tahun 2006. (NU.Online tanggal 8 september 2006). Lalu sisanya menurut hemat kami hampir berubah menjadi “rumah kos” santri yang diberi pengajian setelah cape belajar Matematika, IPA, IPS dan PPKN yang hukumnya berubah menjadi “fardu ‘ain” setelah sebelumnya “haram” hukumnya. Tapi kalau prakteknya sebaliknya mungkin lebih baik. Dan tradisi itu telah “dihalalkan” oleh kebanyakan kyai dengan dalih tuntutan zaman dan modernisasi pendidikan dan yang lebih parah lagi karena tuntutan untuk melanjutkan ke luar negeri? Terlalu rendah visi lembaga itu.

Di antara pesantren salaf yang masih mampu dan bertahan memegang peran para pendahulunya adalah Pesantren Lirboyo dan Ploso Kediri jawa Timur keduanya masih tetap diakui masyarakat sebagai lembaga yang berhasil mencetak ulama, fuqoha yang siap terjun ke masyarakat tanpa mengikuti pendidikan selanjutnya di luar Pesantren, berbeda dengan yang lain?

Pesantren sekarang

Tidak bisa dipungkiri akan posisi dan peran pesantren dalam membangun dan mengisi pembangunan Indonesia sampai detik ini dan murtadlah orang yang mengingkari kenyataan itu. Karena sejak dulu Kyai Pesantren, Ulama dan para santri juga kaum tarekat adalah ujung tombak dalam merebut dan mengisi kemerdekaan dari tangan penjajah. Seperti peran Kyai Soleh Darat melawan Belanda, Pemberontakan Tarekat Sadziliyah di Banten pada tahun 1888M yang dikenal dengan revolusi Petani dan para pendiri NU hampir semuannya terlibat dalam perang merebut dan mengisi kemerdekaan. Dan secara de facto bahwa Pesantren saat inilah adalah benteng moral dan aqidah masyarakat yang tak bisa tergantikan. Tapi sekarang semua pesantren kelihatannya tidak lagi mampu memberikan banyak harapan masyarakat dan orang tua dan wali santri, karena banyak pesantren yang sudah berubah menjadi lembaga pendidikan formal/negeri dan mengesampingkan formalitas pesantren yang sesungguhnya.

Ada beberapa hal yang menyebabkan menurunnya mutu Pesantren dan ada beberapa wacana dan indikasi yang kelihatannya sangat mendorong banyak Kyai melakukan reformasi pendidikan Pesantren dari salaf/tradisional ke semi modern atau modern yang terkadang kebablasan sehingga mengakibatkan tidak jelasnya sistim pendidikannya, ala kadarnya:

Pertama, wacana formalisasi Ijazah pesantren dengan dalih kondisi dan tuntutan zaman yang mengahruskan ijazah negeri bagi setiap sektor kemasyarakatan dan kenegaraan. Hal inilah yang kemudian mendorong para kyai rameh-rameh “gagah-gagahan” bangunan dan sistim pendidikan formal dengan segala formalitasnya untuk menarik santri baru yang terkadang menjerumuskannya kepada hal yang menghilangkan kewira’ian yang pernah dipegang teguh para pendahulunya. Hingga sampailah kepada lobi-lobi proposal dana bangunan yang sering terkesan monopoli dan dimenangkan oleh satu yayasan karena kuatnya lobi.

Kedua, banyak pesantren yang misi utamanya hanya memberikan kesempatan kepada lulusannya untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri di dalam dan luar negeri. Ini jelas merupakan “pembodohan” masyarakat yang sistimatis. Karena itu satu bukti bahwa lembaga itu tidak mampu mendidik santrinya menjadi lulusan yang berkualitas. Pesantren model inilah yang sekarang laris manis.

Ketiga, perbedaan kekyaian yang dimiliki Kyai sekarang sangat jauh berbeda dengan kyai pesantren tempo dulu. Kalau dulu Kyai seneng puasa, riyadloh dan tirakat untuk diri dan santrinya, kini sifat-sifat tulus dan karomah seperti itu sangat jarang kita temukan. Justru yang menjadi wacana adalah kampanye partai, calon gubernur, bupati dan caleg serta perseteruan dan perebutan posisi di dalam dan luar Pesantren. Ini jelas-jelas merusak nilai lahir dan batin Pesantren yang mengakibatkan tidak “mberkahinya” kyai kepada santri. Walaupun itu adalah buah perputaran waktu tapi semuanya tetap memberikan dampak negative bagi pribadi dan Pesantren dalam penilaian masyarakat yang harus kita jaga.

Bahkan sekarang banyak kyai yang lupa dengan jadwal pengajiannya karena sibuk mengikuti kampanye, orasi caleg dan undangan pengajian. Sementara santri tetap setia di tempat belajarnya tanpa ada yang mulang (ngajar). Keterlibatan Kyai dalam gerakan politik dan sejenisnya telah mengahancurkan nilai, mutu dan citra pesantren. Itulah realitas banyak Pesantren saat ini berubah menjadi kos-kosan santri, bukan pondok ngaji. Bahkan ada seorang pengasuh Pesantren yang selalu “ngelencer” keluar negeri, tidak pernah mulang santrinya. Lho ko seperti tidak terima dikatakan Pesantrenya tidak bermutu, bagaimana bisa melahirkan ulama, kyai atau ustad yang mumpuni? Tapi ia bangga merasa menjadi Kiayi yang paling sibuk.

Pesantren model seperti ini banyak sekali bahkan hampir semuanya terutama Pesantren Kecil diantaranya yang paling parah mengalami perubahan seribu derajat adalah Pesantren Bahrul Ulum dan Darul Ulum Jombang Jawa Timur dan yang lainnya termasuk Tebuireng. Keduanya dalam masa pendirinya termasuk Pesantren yang berhasil mencetak ulama dan fuqoha Nasional, tapi kini tidak lagi. Karena kemunduran dan perubahan status bukan? Disamping peran Kyai yang “kurang telaten” ngopeni santri karena sibuk diluar sehingga tidak melahirkan karomah.

Belajar lagi

Benar pesantren adalah model pendidikan tertua di Indonesia bahkan di dunia. Tapi dalam ajaran ahlak pesantren diajarkan bahwa orang yang tua pun kalau tidak bisa harus belajar dari yang bisa walaupun dari yang lebih muda usianya. Untuk itulah ketertinggalan sistim pendidikan dan menejemen pesantren saat ini oleh lembaga lainnya perlu segera kita benahi dengan cara ikuti “ngesahi” dari pendidikan lainnya. Kalau ada yang mengatakan bahwa Pesantren saat ini tidak perlu belajar dari Muhammadiyah (seperti yang dikatakan oleh Menteri Agama) atau lainnya adalah merupakan sikap “takabbur” yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai Pesantren dan sikap seperti itu jelas merupakan satu bukti “kemunduran” kekyaian Pesantren itu sendiri.

Kami sangat setuju dengan pendapat Menteri Agama bahwa pola pendidikan keagamaan Pesantren, bukan silabinya, saat ini harus mau belajar dari Muahamadiyah dan yang lain yang sudah sukses membangun menejemen pendidikan yang dapat memluluskan sarjana yang berkualitas dan diakui masyarakat dalam ilmu-ilmu praktis. Kami sebagai warga Pesantren/NU yang lahir dan besar dalam keluarga NU belum bisa merasa bangga menjadi anggota NU sekalipun kami sangat bangga dengan NU, karena kami belum menemukan kemampuan orang-orang NU dalam membangun pendidikannya tingkat MI sekalipun apalagi universitas. Karena itulah, kami adalah pesantren/NU dalam beragama tapi Muhammadiyah dalam “madzhab” pendidikan dan pemikiran sosial dan pengembangan ekonomi masyarakat.

Untuk itulah kalau Pesantren yang modern atau semi modern jika ingin maju dan bermutu kita masih perlu belajar dari lembaga-lembaga lain yang telah terbukti kualitasnya karena kesuksesan menejemennya. Sementara yang salaf pertahankan kesalafannya karena sekarang sudah mulai ada kesetaraan ijazah pesantren dengan ijazah negeri seperti Pesantren Lirboyo dan Sidogiri. Kalau begitu kenapa mesti kita berganti baju?

Pesantren di Masa yang Akan Datang

Berangkat dari kenyataan dari ribuan Pesantren yang ada seperti kami sampaikan di atas jelas pesantren di masa yang akan datang dituntut berbenah, menata diri dalam mengahadapi persaingan bisnis pendidikan seperti yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah dan lainnya. Tapi perubahan dan pembenahan yang kami maksud hanya sebatas menejemen bukan corak apalagi berganti baju dari salafiyah ke mu’asyir (moderen) karena hal itu hanya akan menghancurkan nilai-nilai positif Pesantren seperti yang terjadi sekarang ini, lulusannya ora iso ngaji karena ngajinya setelah belajar PPKN. Berbeda kalau dibalik. Sehingga jangan heran kalau sekarang ketua dan pengurus NU tidak bisa paham kitab gundul.

Memenuhi kesetaraan ijazah atau membekali santri dengan ijazah negeri sangat diperlukan di masa yang akan datang tapi prakteknya tidak boleh kebablasan dengan memformalkan sekolah umumnya dan meninggalkan pendidikan formal pesantrennya. Dapat kita hitung dari sekian ribu Pesantren hanya berapa saja yang memiliki sekolah formal Pesantren dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah Pesantren sampai perguruan Tinggi, sangat sedikit sekali. Format seperti itu jelas akan menghilangkan hakekat dan nilai Pesantren yang telah dirintis dan bangun serta dilestarikan oleh para pendahulu kita.

Maka, idealnya pesantren ke depan harus bisa mengimbangi tuntutan zaman dengan mempertahankan tradisi dan nilai-nilai kesalafannya. Pertahankan pendidikan formal Pesantren khusus kitab kuning dari Ibtidaiyah sampai Aliyah sebagai KBM wajib santri dan mengimbanginya dengan pengajian tambahan, kegiatan extra seperti kursus computer, bahasa inggris, skill lainnya dan program paket A, B dan C untuk mendapatkan Ijazah formalnya atau dengan menjalin kerjasama dengan sekolah lain untuk mengikuti persamaan. Jika hal ini terjadi akan lahirlah ustad-ustad, ulama dan fuqoho yang mumpuni, bukan ustad televisi, tanpa harus mengikuti belajar ke luar negeri dan dalam negeri.

Ke depan pesantren tidak cukup dikendalikan dengan menejemen keikhlasan seorang Kyai seperti yang terjadi pada ulama dan Kyai tempo dulu. Kalau dulu hal itu memungkinkan karena keikhlasan itu telah mampu melahirkan energi ruhiah secara instan berupa kepahaman santri (laduni), manfaatnya ilmu, karomah dan sebagainya. Tapi sekarang telah berubah keadaan banyak sisi dan persoalan yang harus dimenej dengan profesional mulai dari uang SPP, bangunan, gaji, catering santri dan lain sebagainya. Dan hal yang seperti ini kurang diperhatikan oleh banyak Pesantren padahal itu modal utama pengembangan ekonomi Pesantren itulah yang kita lihat di Pesantren Sidogiri, akhirnya banyak pesantren hidupnya mengandalakn proposal.

Akhirnya kemauan untuk berubah, menata dengan belajar dari kesuksesan yang lain, tidak ekseklusif, dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tetap mempertahankan tradisi salaf dengan berbagai aspeknya lahir dan batin adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh Pesantren jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat karena dikatakan tertinggal. Dan kemampuan pesantren untuk berdiri sendiri dan mencetak santrinya menjadi ulama, fuqoha dan ustad yang siap terjun dimasyarakat adalah bukti keberhasilan pesantren itu bukan dengan diterimanya santri kuliah di luar negeri dan dalam negeri dan mengandalkan bantuan pihak lain. Wallahu a’lam.

Kamis, 04 Agustus 2011

modernisasi pesantren

MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN
PESANTREN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Matakuliah
Sosial Budaya
Pengampu
Nanananananana, Sama


Disusun:
Khoirun Nisa ( )
Rizki Mubarokah ( )

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS..............................
SURABAYA
2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren.
Namun, kini reputasi pesantren tampaknya dipertanyakan oleh sebagian masyarakat Muslim Indonesia. Mayoritas pesantren masa kini terkesan berada di menara gading, elitis, jauh dari realitas social. Problem sosialisasi dan aktualisasi ini ditambah lagi dengan problem keilmuan, yaitu terjadi kesenjangan, alienasi (keterasingan) dan differensiasi (pembedaan) antara keilmuan pesantren dengan dunia modern. Sehingga terkadang lulusan pesantren kalah bersaing atau tidak siap berkompetisi dengan lulusan umum dalam urusan profesionalisme di dunia kerja. Dunia pesantren dihadapkan kepada masalah-masalah globalisasi, yang dapat dipastikan mengandung beban tanggung jawab yang tidak ringan bagi pesantren.
Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan berat dimasa kini dan mendatang. Paradigma “mempertahankan warisan lama yang masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik” perlu direnungkan kembali. Pesantren harus mampu mengungkai secara cerdas problem kekiniankita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer. Disisi lain, modernitas, yang menurut beberapa kalangan harus segera dilakukan oleh kalangan pesantren, ternyata berisi paradigma dan pandangan dunia yang telah merubah cara pandang lama terhadap dunia itu sendiri dan manusia. namun tak menutup kemungkinan masih ada potensi yang dapat dikembangkan untuk zaman sekarang. Salah satu hal yang perlu dimodifikasi adalah system pendidikan pesantren. System pembelajaran tradisional, yaitu sorogan, bandongan, balaghan, atau halaqah seharusnya mulai diseimbangkan dengan system pembelajaran modern. Dalam aspek kurikulum juga seharusnya kalangan pesantren berani mengakomodasi dari kurikulum pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pesantren?
2. Apa saja macam-macam pesantren?
3. Bagaimana dinamika pesantren mulai ada hingga sekarang?
4. Bagaimana system pendidikan pesantren?
5. Apa saja dan bagaimana model pendidikan dalam proses modernisasi system pendidikan pesantren?
6. Apa pengaruh modernisasi system pendidikan pesantren terhadap
eksistensi pesantren itu sendiri?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran –an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.
Sedangkan secara istilah, Husein Nasr mendefinisikan pesantren dengan sebutan dunia tradisional Islam. Maksudnya, pesantren adalah dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama’ (kiai) dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam.
Di Indonesia, istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana. Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural pesantren lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.

B. Bentuk-Bentuk Pesantren
Tentang bentuk-bentuk pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, beberapa pengamat mengklasifikasikan pesantren menjadi empat macam, yaitu:
1. Pesantren salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitabkitab klasik, dan tanpa tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu sorogan dan weton. Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih kitabnya. Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk diajarkan kitab-kitab tertentu. Sedangkan istilah salaf ini bagi kalangan pesantren mengacu kepada pengertian “pesantren tradisional” yang justru sarat dengan pandangan dunia dan praktek islam sebagai warisan sejarah, khususnya dalam bidang syari’ah dan tasawwuf. Misalnya: pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Jombang, dan lain sebagainya.
2. Pesantren khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi, memberikan ilmu pengetahuan umum dan agama dan juga memberikan keterampilan umum. Pesantren jenis ini juga membuka sekolah-sekolah umum. Misalnya: Pesantren Tebuireng Jombang, Pesantren Tambak Beras Jombang, dan lain sebagainya.
3. Pesantren kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu yang relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada waktu liburan sekolah. Misalnya Pesantren La Raiba Jombang yang programnya adalah pelatihan menghafal asam’ul husna, Al Qur’an dan yang lain sebagainya dengan metode Hanifida, metode khas pesantren tersebut.
4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejujuran, sebagaimana balai pelatihan kerja, dengan program yang terintegrasi. Santrinya kebanyakan berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.

C. Dinamika Pesantren
Dalam perspektif sejarah, lembaga pendidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak sekitar abad ke-18. bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren. Pesantren pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.
Lembaga ini semakin berkembang pesat dengan adanya sikap non kooperatif para ulama terhadap kebijakan “politik etis” pemerintah kolonial Belanda dengan memberikan pendidikan modern, termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, hanya sekitar 3% penduduk Indonesia. Berarti sekitar 97% penduduk Indonesia buta huruf. Sikap para ulama tersebut dimanifestasikan dengan mendirikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kota untuk menghindari intervensi Belanda serta memberi kesempatan kepada rakyat yang belum mendapat pendidikan.
Pada tahun 1860-an, jumlah pesantren mengalami peledakan jumlah yang sangat signifikan, terutama di Jawa yang diperkirakan 300 buah. Perkembangan tersebut ditengarai berkat dibukanya terusan Suez pada 1869 sehingga memungkinkan banyak pelajar Indonesia mengikuti pendidikan di Mekkah. Sepulangnya ke kampung halaman, mereka membentuk le,baga pesantren di daerahnya masing-masing. Pada era 1970-an, pesantren mengalami perubahan yang sangat signifikan yang tampak dalam beberapa hal. Pertama, peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977, ada 4.195 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 667.384 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 5.661 pesantren dengan 938.397 orang santri pada tahun 1981. kemudian jumlah tersebut menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 5,9 juta orang pada tahun 1985.23 Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan bentuk-bentuk pendidikan di pesantren tersebut diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang juga memiliki sekolah umum. Seperti Pesantren Denanyar Jombang, Pesantren Darul Ulum Jombang, dan lain-lain.
2. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk Madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional. Dengan kata lain, ia mengunakan kurikulum sendiri. Seperti Pesantren Modern Gontor Ponorogo, dan Darul Rahman Jakarta. kurikulum sendiri. Seperti Pesantren Modern Gontor Ponorogo, dan Darul Rahman Jakarta.
3. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama dalam bentuk Madrasah Diniyah, seperti Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Ploso Kediri, Pesantren Sumber Sari
Kediri, dan lain sebagainya.
4. Pesantren yang hanya sekedar manjadi tempat pengajian, seperti Pesantren milik Gus Khusain Mojokerto.
Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa beberapa pesantren ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang diwarisinya secara turun temurun, tanpa ada perubahan dan improvisasi yang berarti, kecuali sekedar bertahan. Namun ada juga pesantren yang mencoba mencari jalan sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang kurikulumnya berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya. Meskipun demikian, semua perubahan itu, sama sekali tidak mencerabut pesantren dari akar kulturnya. Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai: (1) Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu pengetahuan agama (tafaqquh fi addin) dan nilai-nilai islam (Islamic values). (2) Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control). (3) Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (Social engineering). Perbedaan-perbedaan tipe pesantren diatas hanya berpengaruh pada bentuk aktualisasi peran-peran ini.

BAB III
MODERNISASI PENDIDIKAN PESNTREN

A. Model Modernisasi Pendidikan Pesantren
Modernisasi atau inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang , baik berupa hasil penemuan (invention) maupun discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren. Miles mencontohkan inovasi (modernisasi) pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Bidang personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial, tentu menentukan personel sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya adalah peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, dan sebagainya.31 Dalam hal ini, pesantren telah di bantu dengan adanya program Beasiswa S1 untuk guru diniyah oleh Departemen Agama.
b. Fasilitas fisik. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya perubahan tempat duduk, perubahan pengaturan dinding ruangan perlengkapan Laboratorium bahasa, laboratorium Komputer, dan sebagainya.
c. Pengaturan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya pengaturan waktu belajar, perubahan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan lain sebagainya. Menurut Nur Cholis Majid, yang paling penting untuk direvisi adalah kurikulum pesantren yang biasanya mengalami penyempitan orientasi kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat materinya hanya khusus yang disajikan dalam bahasa Arab. Mata pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id, nahwusharf, dan lain-lain. Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan yang merupakan inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan. Tasawuf hanya dipelajari sambil lalu saja, tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Disisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara setengah-setengah, sehingga kemampuan santri biasanya samgat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari masyarakat umum. Maka dari itu, Cak Nur menawarkan kurikulum Pesantren Modern Gontor sebagai model modernisasi pendidikan pesantren.

B. Plus Minus Modernisasi Pendidikan Pesantren
Dalam menanggapi gagasan ini, tampak kalangan pesantren terbelah menjadi dua, yaitu pro dan kontra. Adanya kontroversi ini mungkin lebih disebabkan pada perbedaan pendapat mereka tentang bagaimana sikap pesantren dalam menghadapi era globalisasi. Mereka yang pro mengatakan bahwa modernisasi pesantren akan memberi angin segar bagi pesantren. Mereka menganggap bahwa banyak sisi positif yang akan diperoleh dengan modernisasi pendidikan di pesantren. Di antara sisi positif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bentuk adaptasi pesantren terhadapperkembangan era globalisasi. Hal ini mutlak harus dilakukan agar pesantren tetap eksis.
2. Sebagai upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem pendidikan pesantren. Sedangkan bagi kalangan pesantren yang tidak setuju dengan gagasan modernisasi berpendapat bahwa gagasan tersebut banyak sisi negatifnya, diantaranya adalah:
1. Modernitas akan merubah cara pandang lama terhadap dunia dan manusia.
2. Modernisasi sistem pendidikan tradisional dikhawatirkan akan ikut merubah kultur-kultur positif yang telah lama terbentuk di pesantren. Terlepas dari polemik tersebut, perbedaan pendapat yang terjadi telah mendatangkan sisi positif tersendiri bagi pesantren. Hal itu telah membuktikan hadits Nnabi Muhammad Saw ”ikhtilafu ummati rahmatun” yang artinya ”perbedaan pendapat dalam umatku adalah rahmat”. Diantara manfaat dari perbedaan pendapat dalam masalah ini adalah:
1. Melahirkan banyak pesantren yang bervariasi. Banyak pesantren yang memiliki ciri khas masing-masing. Ini memberikan banyak pilihan kepada calon santri dalam menentukan pesantren yang sesuai dengan bakat, minat serta citacitanya.
2. Lahirnya santri yang beraneka ragam. Hal ini mengubur paradigma bahwa santri hanya mampu di bidang agama saja. Saat ini, banyak sekali santri yang ahli di bidang pengetahuan umum.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan masyarakat muslim. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pemimpin bangsa yang ikut memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini adalah alumni
atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren. Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap. Secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal lembagapesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya. Bentuk-bentuk pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, beberapa pengamat mengklasifikasikan pesantren menjadi empat macam41, yaitu:
1. Pesantren salafi.
2. Pesantren khalafi
3. Pesantren kilat.
4. Pesantren terintegrasi.
Dalam perspektif sejarah, lembaga pendidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak sekitar abad ke-18.42 Bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13. saat ini, pekembang pesantren sangat pesat. Pada awal perkembangannya hanya berjumlah 300 buah, dan berkembang menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri sebanyak 5,9 juta orang pada tahun 1985.43 bisa dibayangkan berapa banyak jumlah pesantren dan santrinya saat ini. Gagasan modernisasi dianggap perlu dilakukan oleh beberapa kalangan, salah satunya adalah Nur Cholis Majid. Ia berpendapat bahwa modernisasi ini sebaiknya dilakukan dengan model sistem pendidikan Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Namun gagasan ini telah memecah kalangan pesantren menjadi dua kubu, pro dan kontra. Namun kontroversi ini telah menimbulkan variasi tersendiri dikalangan pesantren. Ini merupakan salah satu sisi positif dari perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan pesantren.



































DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. 2006. Pembaruan Pesantren,cet I. Yogyakarta: PT. LKiSPelangi Aksara.

Iskandar, Muhaimin. 2007. Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia, Cet.I. Jakarta: KLIK R.

Khozin. 2006. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. II. Malang:
UMM Press.

Malik, Jamaludin. 2005. Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet. I,Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Muryono, Mastuki HS, Imam Safe’I, Sulton Mashud, Moh. Khusnuridho.
2005. Manajemen Pondok Pesantren, Cet. II. Jakarta: Diva Pustaka

Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid
Terhadap PendidikanIslam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press. 21

Ingat................!

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya.